Kasus Buaya Serang Manusia di Babel Tertinggi di Indonesia, Dipicu Kerusakan Habitat Alam

* Warga Diminta Berhati-hati

PANGKALPINANG, LASPELA — Konflik antara buaya, reptil bertubuh besar dengan manusia di Provinsi Bangka Belitung (Babel) termasuk kasus tertinggi di Indonesia. Penyebabnya dipicu rusaknya habitat buaya sehingga ia menyerang manusia untuk bertahan hidup.

Demikian dikatakan Ketua Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Foundation Bangka, Langka Sani. Menurutnya, hanya ada satu jenis buaya yang hidup di Provinsi Babel yaitu buaya muara (Crocodylus porosus).

Maraknya serangan buaya terhadap manusia khususnya di wilayah Babel disebabkan oleh rusaknya habitat asli buaya yaitu daerah aliran sungai (DAS). Kerusakan tersebut diungkapkannya merupakan dampak dari aktivitas penambangan timah ilegal.

“Konflik buaya dan manusia di Bangka ini termasuk tertinggi se-Indonesia. Penyebab serangan buaya itu karena habitat mereka rusak, habitat mereka itu di DAS, dan DAS sudah rusak akibat penambangan timah ilegal,” katanya, Kamis (12/1/2023).

Ia mengatakan buaya merupakan satwa liar yang dilindungi, oleh sebab itu ia mengimbau kepada masyarakat yang menangkap buaya untuk menyerahkannya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan (BKSDA Sumsel).

Selain itu, ia juga meminta masyarakat untuk berhati-hati ketika beraktivitas di wilayah muara atau sungai, terutama pada sore hingga malam hari karena pada waktu tersebut buaya sedang aktif berburu atau mencari makan.

“Banyak kasus serangan buaya terhadap manusia terjadi pada jam lima sore hingga malam hari,” tambahnya.

Menurut Langka Sani, pada bulan November hingga bulan Februari merupakan siklus perkawinan buaya, dimana pada periode tersebut buaya lebih agresif dan berpotensi menyerang.

Awal tahun 2023 ini, pria paruh baya Dusun Pangkalraya Kecamatan Sungai Selain tewas beberapa saat setelah sempat berjibaku diterkam biaya ketika sedang memancing. Sebelumnya, akhir tahun 2022 warga Kecamatan Pemali juga mengalami nasib serupa menjadi mangsa buaya. (jon)