Ratusan Warga di Basel Terjangkit TBC

TOBOALI, LASPELA – Ratusan orang di Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Bangka Belitung (Babel) terjangkit penyakit Tuberkulosis (TBC).

Penyakit TBC yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini biasanya menyerang paru-paru, namun tidak jarang pula bakteri dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya.

Dari data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Basel tercatat sejak Januari hingga awal November 2022 sudah ada sebanyak 159 orang warga yang terserang TBC.

Seperti dikemukakan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Basel, Slamet Wahidin, mengungkapkan dari data yang ada, sepanjang tahun 2022 tercatat sudah enam orang yang meninggal dunia dari 159 orang terjangkit TBC.

“Terhitung dari awal hingga November 2022 sudah enam orang meninggal dunia diakibatkan menderita penyakit TBC,” ungkap Slamet di Toboali, Kamis (10/11/2022).

Kendati demikian, ia menyebutkan Dinkes Basel telah berupaya mengatasi TBC yang media penyebarannya melalui udara.

“Dari 159 kasus tersebut kini masih dalam proses pengobatan 159 orang ini ada 157 yang bisa dinamakan TBC dengan sensitif obat dan ada dua orang itu disebut resisten obat,” ujarnya.

Ia menjelaskan ada perbedaan antara TBC SO dan RO, misalnya SO adalah kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis masih sensitif terhadap Obat Anti TB (OAT) dengan masa pengobatan selama kurang lebih 6-9 bulan.

“Sedangkan TBC RO adalah kondisi dimana kuman Mycobacterium Tuberculosis telah mengalami kekebalan terhadap Obat Anti TB (OAT),” terang Slamet.

“Kalau sensitif obat itu berarti bakteri baru ditemukan penyakit TB, sedangkan resisten obat artinya bakteri masih resisten terhadap pengobatan TB dengan terapi sensitif obat jadi itulah menyebabkan RO biasanya,” sambungnya.

Menurut Slamet, RO ini diakibatkan  ketidakpatuhan dari para penderita selama minum obat salah satu penyebab resisten obat dan biasanya pengobatannya akan lebih lama.

“Mudahnya si penderita terjangkit atau kondisi tubuh drop disebabkan ketidakpatuhan penderita terhadap penyakit yang dialaminya, sehingga pengobatan dibutuhkan waktu cukup lama untuk penyebuhannya,” tandasnya. (Pra)