Tambang – Wisata Bisa Berdampingan

PANGKALPINANG, LASPELA – Penambangan laut maupun penambangan darat bisa berdampingan dengan sektor ekonomi lainnya dengan mengambil sisi positifnya serta mengedepankan sisi keunggulan promotifnya.
“PT Timah Tbk sangat wellcome dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata baik KEK Tanjung Kelayang Belitung maupun KEK Pantai Timur Bangka. Penambangan yang dilakukan oleh PT Timah Tbk baik di darat maupun di laut akan mentaati AMDAL sehingga tidak akan mengganggu sektor pariwisata misalnya,” kata Nur Adi Kuncoro, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Selasa (16/5-2017).
Kapal isap yang beroperasi di laut, kata Nur Adi, selalu mengikuti prosedur AMDAL dan memonitoring kondisi kekeruhan. “Jadi kami memantau terus ambang batas kekeruhannya pada tingkat yang tidak mengganggu. Kapal isap yang tampak dari kawasan pariwisata pantai sesungguhnya memiliki pemandangan unik dan keunggulan promotif; betapa dua sektor perekonomian Kepulauan Bangka Belitung yakni tambang dan wisata bisa hidup berdampingan,” kata Nur Adi.
Pernyataan itu ditandaskan Nur Adi dalam diskusi terbatas saat melakukan kunjungan silaturahmi di Kantor Media Satya NEGERI LASKAR PELANGI, Jl. Linggarjati No 1 Pangkalpinang. Nur Adi didampingi Kepala Humas Renny Hutagalung dan sejumlah Staf Humas PT Timah Tbk. Rombongan PT Timah Tbk disambut langsung oleh Publisher/Editor in Chief LASPELA Agus Ismunarno, Business GM Abdullah Randi, Executive Editor, Stefanus Lopis, Editor Yudi Aprianto, Marketing Manager Duha Sani, AE, Resda dan Sekr/Adm/Keuangan Nissa.
Menjawab LASPELA, Nur Adi mengemukakan sikap dan pandangan PT Timah Tbk dalam membijaksanai penambangan sekaligus dalam mendorong transformasi perekonomian masyarakat Babel. “Kami menyambut baik transformasi perekonomian seraya menjalankan very good mining practice. Bahkan, PT Timah Tbk sudah membuat kajian Konsultasi Publik dengan beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia serta stakeholders dalam rangka transformasi ekonomi tersebut,” ungkap Nur Adi.
Konsultasi Publik adalah sebuah dokumen ilmiah yang merangkum aspirasi dan harapan masyarakat pasca penambangan yang berorientasi ekonomi dengan memperhatikan kearifan lokal. “Kami (PT Timah Tbk) menampung harapan masyarakat misalnya kolong atau bekas penambangan ini akan diberdayakan untuk apa? Banyak masyarakat yang menginginkan kolong bekas tambang untuk sumber air, untuk perikanan atau bahkan untuk pariwisata sehingga bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat,” kata Nur Adi.
Nur Adi juga memaparkan bentuk-bentuk reklamasi dengan tanaman produktif seperti jagung, hutan pelawan atau tanaman produktif lainnya. Selain itu PT Timah Tbk juga telah melaksanakan sejumlah kewajiban seperti PPM atau corporate social responsibility.

PT Timah Tbk Nge-Jump
Pada kesempatan dialog, Nur Adi menyampaikan ajakan Direktur Utama PT Timah Tbk untuk melakukan sejumlah inovasi yang jangan biasa-biasa saja melainkan yang nge-jump; melompat. “Kami (PT Timah Tbk) menyadari bahwa pertimahan masih memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian Kepulauan Bangka Belitung sementara perseoran wajib meningkatkan profit margin sambil menaati semua regulasi yang ada seperti lingkungan hidup dan lain-lain,” ungkap Nur Adi
Karena itulah, kata Nur Adi, sambil mensyukuri prestasi tahun 2016 di tahun 2017 ini berusaha tidak hanya mempertahankan kinerja melainkan terus meningkatkan kinerja. “Kami juga bersyukur bahwa penilaian terkait lingkungan hidup PT Timah Tbk mendapat Nilai Biru. Sedang Metalurgi Muntok menjuju Hijau.
Nur Adi sepakat dalam soal pertimahan ini berorientasi pada penghematan deposit timah sehemat mungkin, harga timah tinggi serta lingkungan hidup bisa terjaga dengan baik. “Belajar dari penghasil timah lainnya, kita akan meningkatkan produk hilir untuk mendapatkan profit margin lebih,” kata Nur Adi. (naf/ags)