Lahan Bekas Tambang Timah Bisa Dimanfaatkan untuk Agrobisnis

MERAWANG, LASPELA – Pemanfaatan lahan bekas tambang timah saat ini menjadi fokus pemerintah. Hal ini berkaitan dengan kelangsungan hidup masyarakat Pulau Bangka dan Belitung.

Karenanya, Gubernur Babel Erzaldi Rosman, bersama Direktur Utama (Dirut) PT Timah Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengajak Komisaris Utama (Komut) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Doni Monardo, beserta rombongan melakukan reboisasi penanaman kembali jambu mete, dan tanaman bakau di sekitar lahan bekas tambang timah.

“Dulunya lahan ini lautan, tapi karena banyak pasir bekas galian timah yang dibawa ke darat, jadilah lahan rawa seperti ini,” ungkap gubernur kepada Doni Monardo.

Aktivitas tambang timah sering kali merusak lahan. Fungsi lahan menjadi terganggu karena lahan yang terus-menerus dikeruk untuk diambil kandungan timahnya, sehingga tak jarang tanah di Pulau Bangka dan Belitung menjadi berlubang menganga. Tidak hanya di darat, aktivitas tambang timah di lautan juga digarap. Akibatnya, ekosistem laut menjadi terancam.

“Saya lihat dari pesawat juga pulau ini (Bangka) berlubang-lubang,” ungkap Komisaris Utama PT Inalum Doni Monardo.

Pada saat yang sama, Gubernur Erzaldi dan Mochtar Riza juga mengajak Komut PT Inalum Doni Monardo beserta rombongan untuk mengunjungi Kampoeng Reklamasi Bangka yang merupakan wisata agro dan pusat perlindungan satwa. Wilayah ini dimanfaatkan untuk memelihara ekosistem darat dan satwa di atas lahan bekas tambang.

Lahan ini dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam tanaman yang dapat dimanfaatkan secara cepat dan menghasilkan seperti buah naga, manga, dan kelapa pandan wangi. Tidak hanya itu, kawasan ini juga menyediakan fasilitas sewa ATV dan kafetaria, sehingga bisa dijadikan lokasi wisata keluarga.

Bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Satwa liar hasil transaksi ilegal diberdayakan. Dilatih agar menjadi satwa liar yang kemudian dikembalikan ke habitat asalnya. Hingga saat ini sudah lebih dari 500 satwa yang dikembalikan ke habitatnya. Persiapan dokumen hingga proses karantina dilalui para satwa memakan waktu 6–12 bulan.

Harapannya, upaya ini dapat membantu mengembalikan fungsi lahan, sekaligus menambah nilai daerah tersebut. Sehingga akan memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat sekitar.

“Kerusakan ekosistem dapat memberikan kerugian ekonomi. Ini PR kita bersama, kesejahteraan masyarakat Bangka. Melihat apa yang telah dilakukan hingga saat ini saya bisa sedikit bernafas. Target kita 2045 Indonesia Emas, jangan sampai kerusakan alam malah membuat Indonesia cemas bukan Indonesia Emas,” pungkas Komut Doni Monardo.

Dirinya menambahkan, upaya jangka pendek yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan mulai membudidayakan ikan toman. Bekerja sama dengan berbagai tim, menurutnya ikan toman dapat dibudidayakan di Babel. Budidaya ini dapat menambah ekonomi masyarakat. Tim ini juga yang akan melatih pemuda-pemuda di Bangka agar dapat membudidayakan dengan teknik yang tepat.

“Ikan toman ini akan diproduksi menjadi albumin. Saat ini, dunia sedang membutuhkan albumin, kandungan albumin pada ikan toman sangat tinggi. Zat ini juga sangat dibutuhkan manusia. Hal ini pasti dapat membantu masyarakat Babel,” pungkasnya.rill/(wa)