Gara – Gara Covid-19, Perayaan Tradisi Chit Ngiat Pan Tidak Ada “Rebutan”

MANGGAR, LASPELA– Berbeda dengan tahun sebelumnya, Masyarakat tionghoa Kecamatan Gantung merayakan tradisi Sembahyang Rebut dengan hanya membakar patung buatan yang terbuat dari kayu dan kertas, Kamis (3/8/2020).

Chit Ngiat Pan merupakan salah satu perayaan hari besar Tionghoa, khususnya di Bangka Belitung. Biasanya perayaan Chit Ngiat Pan atau Sembahyang Rebut ini diperingati tiap tanggal 15 bulan ke- 7 pada pananggalan Kalender Imlek.

Salah satu kelenteng yang menggelar perayaan ini adalah Kelenteng Fuk Tet Che Desa Gantung Kecamatan Gantung Kabupaten Belitung Timur.

Tetapi tak seperti perayaan tahun sebelumnya, Sembahyang rebut ini tidak mengundang masyarakat banyak. Hal ini dikarenakan wabah Covid-19 yang masih mengancam, panitia penyelenggara lalu menerapkan protokol kesehatan untuk menghindari kerumunan masyarakat.

” Beda kali ini acara rebut tidak ada lagi, karena pandemi Covid-19 untuk menghindari kerumunan,” ujar Tet Kim selaku Ketua pengurus kelenteng Fuk Tet Che.

Acara ini biasanya ditutup dengan berkumpulnya warga dan pada saat jam yang ditentukan, untuk memperebutkan barang-barang yang telah disusun rapi di atas meja besar memanjang sebanyak empat buah meja. Barang-barang tersebut meliputi bahan sembako, buah-buahan, sayur-sayuran, serta beberapa alat eloktronik.

Tet Kim mengatakan makna dari tradisi sembahyang rebut ini adalah untuk mengenang leluhur, bertujuan dapat keberkahan dalam kehidupan dan kemakmuran dalam pangan.

” Maknanya ini untuk mengenang leluhur kita (Tionghoa) yang dahulu, untuk musim panen, jadi kita sediakan makanan dan yang lainnya, agar semakin makmur,” jelasnya.

Ia pun berharap, agar wabah pandemi Covid-19 ini segera selesai. Dan dapat menjalani kehidupan secara normal serta kembali pada perayaaan – perayaan selanjutnya.(*)