Bangka Belitung mengalami Deflasi di Bulan Maret

PANGKALPINANG, LASPELA– Bulan Maret 2020, Bangka Belitung tercatat mengalami deflasi sebesar 0,09% (mtm). Secara tahunan, Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 1,82% (yoy) dengan inflasi tahun kalender sebesar -0,09% (ytd).

Inflasi tahunan Bangka Belitung pada bulan Maret tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,96% (yoy). Deflasi bulan Maret Bangka Belitung didorong oleh deflasi pada kelompok transportasi yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,70% (mtm) dengan andil sebesar -0,24%. Laju tekanan inflasi pada bulan Maret didorong kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,34% (mtm) dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,58% (mtm). Sedangkan harga komditas kelompok pengeluaran lain di Bangka Belitung tercatat cukup stabil.

Secara spasial kedua kota sampel tercatat mengalami deflasi. Kota Pangkalpinang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,07% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 1,94% (yoy). Deflasi Kota Pangkalpinang didorong oleh deflasi kelompok pengeluaran transportasi yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,46% (mtm). Andil komoditas penyumbang deflasi di Pangkalpinang antara lain angkutan udara (-0,27%); cabai merah (-0,12%); ikan kerisi (-0,05%); ikan tenggiri (-0,03%) dan bawang merah (-0,02%). Kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau Kota Pangkalpinang pada bulan Maret tercatat mengalami tekanan inflasi sebesar 0,39% (mtm) dengan andil terbesar didorong oleh komoditas kangkung (0,051%) dan sawi hijau (0,044%).

Sementara itu, Kota Tanjungpandan mengalami deflasi yang lebih dalam sebesar 0,13% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 1,59% (yoy). Deflasi didorong oleh deflasi pada kelompok transportasi yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 2,29% (mtm). Deflasi didorong oleh komoditas angkutan udara (-0,27%); daging ayam ras (-0,24%); cabai rawit (-0,12%); cabai merah (-0,08%) dan ikan bulat (-0,059%). Kelompok makanan, minuman dan tembakau juga tercatat mengalami inflasi di Kota Tanjungpandan sebesar 0,25% (mtm) dengan andil terbesar didorong oleh komoditas ikan-ikanan dan sayur-sayuran.

Secara umum deflasi bulan Maret Bangka Belitung didorong oleh kelompok transportasi dengan andil sebesar -0,24%. Khususnya transportasi angkutan udara dengan andil sebesar -0,245% hal ini seiring dengan himbauan pemerintah pusat maupun daerah kepada masyarakat untuk melakukan social distancing dan membatasi kegiatan di luar rumah sebagai salah satu langkah preventif dalam mengatasi penyebaran wabah virus COVID-19.

Selain itu, beberapa komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit dan ikan bulat masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar -0,086%; -0,063%; -0,030% dan -0,029%. Ketersedian pasokan daging ayam ras, cabai merah dan cabai rawit melimpah seiring masuknya musim panen dan penghapusan kebijakan pemerintah terkait pembatasan bibit DOC. Sementara itu, tekanan inflasi Bangka Belitung bulan Maret  disumbang oleh komoditas sawi hijau (0,070%); kangkung (0,068%); rokok kretek filter (0,047%); ikan ekor kuning (0,038%) dan ikan singkur (0,031%).

Pada bulan April 2020, Bangka Belitung diperkirakan akan mengalami inflasi sehubungan dengan tingginya permintaan memasuki bulan puasa. Inflasi bulan April 2020 diprediksi akan banyak berasal dari bahan makanan. Bahan makanan berisiko mengalami kenaikan harga karena keterbatasan pasokan akibat keterbatasan distribusi. Melihat perkembangan saat ini tekanan inflasi diperkirakan akan juga berasal dari komoditas emas, kesehatan, obat-obatan dan jasa kesehatan seiring dengan naiknya permintaan kebutuhan. Laju tekanan inflasi diperkirakan akan tertahan didorong oleh pemberian diskon listrik terhadap kelompok masyarakat tertentu.

Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian inflasi, upaya peningkatan ketersediaan pangan melalui peningkatan produksi secara mandiri untuk menjamin ketahanan pangan terus dilakukan. Selain itu beberapa upaya lain juga terus dilakukan, antara lain : i) TPID melakukan monitoring rutin agar harga sembako tertentu tidak berada diatas harga HET, ii) Sinergi program yang erat antara Prov. Babel bersama TPID kota dan kabupaten untuk memantau ketersediaan dan kelancaran distribusi barang khususnya terkait komoditas yang distribusinya disinyalir terdampak COVID-19,  iii) Penyebaran informasi Pasar Murah dengan tetap mengacu kepada upaya pencegahan Covid-19, iv) Menjaga harmonisasi Sinergi yg erat antara TPID dan Satgas Pangan Prov Babel, v) Komunikasi yang efektif kepada masyarakat mengenai kelancaran distribusi pangan sehingga ketersediaan kebutuhan pangan masyarakat tetap terjamin. (rill/*)