Sebulan Sebelum Pergantian Tahun, Bangka Belitung Mengalami Deflasi

PANGKALPINANG, LASPELA– Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi kepulauan Bangka Belitung mencatat pada Bulan November 2019, Bangka Belitung mengalami deflasi sebesar 0,90% (mtm).Secara tahunan, Bangka Belitung mengalami inflasi sebesar 3,48% (yoy) dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,95% (ytd).

Deflasi pada bulan ini didorong oleh deflasi kelompok Bahan Makanan sebesar 2,86% (mtm) dan kelompok Transport, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 1,41% (mtm) terutama karena menurunnya harga komoditas di sub kelompok ikan segar dan sub kelompok transport. Di lain pihak, kelompok Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang mengalami inflasi yang cukup rendah dengan nilai masing-masing sebesar 0,20% (mtm) dan 0,13% (mtm).

Sementara itu, kelompok Makanan jadi;kesehatan; dan pendidikan, rekreasi dan olahraga cenderung stabil dengan angka inflasi masing-masing sebesar 0,08% (mtm), 0,07% (mtm) dan 0,07% (mtm).

Secara spasial, baik Kota Pangkalpinang maupun Kota Tanjungpandan mengalami deflasi. Kota Pangkalpinang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,82% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,83% (yoy). Sementara itu, akumulasi inflasi sepanjang 2019 hingga November 2019 adalah sebesar 1,92%(ytd). Salah satu penyumbang deflasi terbesar di Kota Pangkalpinang berasal dari komoditas ikan kerisi dengan andil sebesar 0,239%. Disisi lain, Kota Tanjungpandan mengalami deflasi lebih dalam sebesar 1,06% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 2,83% (yoy) dan akumulasi inflasi hingga November 2019 adalah sebesar 2,00% (ytd). Kelompok bahan makanan menyumbang deflasi terbesar di Kota Tanjungpandan dengan andil sebesar0,77%.

Secara umum, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kelompok bahan makanan tercatat mengalami deflasi pada bulan ini sebesar 2,86% (mtm) dan andil deflasi sebesar 0,80%. Secara tahunan inflasi bahan makanan tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 5,32% (yoy), sementara akumulasi inflasi hingga November 2019 adalah sebesar 1,95% (ytd). Deflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh deflasi pada komoditas ikan segar dan komoditas sayur-sayuran. Ikan kerisi merupakan penyumbang deflasi terbesar dengan andil sebesar 0,193%, diikuti oleh cumi – cumi, ikan tongkol, ikan dencis, dan ikan kembung dengan andil terhadap deflasi masing-masing sebesar 0,071%, 0,057%, 0,056% dan 0,051%.

Berbeda dengan dua komoditas tersebut, komoditas daging dan hasil-hasilnya serta bumbu-bumbuan mengalami inflasi pada bulan November. Bawang merah tercacat mengalami inflasi pada bulan November dengan andil sebesar 0,154% serta daging ayam ras dengan andil sebesar 0,072%.

Pada Bulan Desember 2019, Bangka Belitung diperkirakan akan mengalami inflasi dengan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan dan transportasi yang meningkat. Beberapa komoditas bahan makanan yang diperkirakan akan mengalami inflasi seiring dengan berkurangnya pasokan bahan makanan antara lain adalah daging ayam ras dan bawang merah. Hal ini merupakan dampak berkurangnya pasokan karena dimulainya musim tanam beberapa komoditas strategis seperti bawang merah. Selain itu, tarif angkutan udara yang memasuki periode high season juga akan memberikan tekanan inflasi.

Melihat kondisi tersebut, diperkirakan inflasi Bangka Belitung masih dalam rentang inflasi yang diharapkan yaitu sebesar 3,5% ± 1% (yoy).Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian inflasi, upaya peningkatan ketersediaan pangan harus terus dilakukan mengingat memasuki akhir tahun akan terdapat peningkatan kebutuhan barang dan jasa. Selain itu beberapa upaya lain juga harus dilakukan, antara lain : i) Perlunya monitoring harga secara harian dalam mengantisipasi peningkatan harga pada akhir tahun, ii)perlunya evaluasi dan monitoring fuel card dalam pengendalian pemberian BBM solar bersubsidi serta dampaknya terhadap pengendalian harga di Bangka Belitung, iii) perlu sinergi program yang erat antara Prov. Babel bersama TPID kota dan kabupaten untuk memastikan ketersediaan dan kelancaran distribusi barang, iv) mengadakan kajian Potensi BUMD Pangan untuk menjembatani Pedagang Lokal dan Daerah Penghasil, v)penyebaran informasi Pasar Murah yang lebih masif dan terencana serta vi) menjaga harmonisasi Sinergi yang erat antara TPID dan Satgas Pangan Prov Babel.(*)