Oleh : Wina Destika
PANGKALPINANG, LASPELA – Kepala Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana BNPB, DR Bagus Tjahjono menyebutkan ancaman bencana alam yang terjadi di wilayah Indonesia setiap tahun cenderung mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun non alam, 97 persen disebabkan hidrometeorologi atau faktor alam.
Dalam tiga tahun terakhir kejadian bencana di Indonesia cenderung meningkat dan sebanyak 218.2 juta rakyat Indonesia tinggal di daerah rawan bencana.
“Sebanyak 218, 2 juta rakyat kita tinggal di daerah rawan bencana, mulai dari gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor, serta kebakaran hutan dan lahan,” kata Bagus Tjahjono saat membuka acara Uji Publik Kurikulum dan Modul Srikandi Siaga Bencana oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana di PIA Hotel Pangkalpinang, Rabu (09/10/19).
Dia mengatakan, peningkatan tren kejadian bencana ini, sesungguhnya bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan secara global, dalam tiga dekade berselang, jumlah bencana dilaporkan meningkat sekitar 350 persen. 2016 tercatat 1.985 kejadian bencana, pada 2017 menjadi 2.341 kejadian dan 2018 terus meningkat menjadi 2.426 kejadian.
Selama tahun 2000 hingga 2018, rata-rata kerugian ekonomi global akibat bencana mencapai US$111 miliar.
“Hal ini bukan hanya terjadi di negara berkembang, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Selandia Baru juga mengalami bencana dengan korban dan kerugian sangat besar,” ujarnya.
Lanjut Bagus, hal ini membuktikan, tidak ada negara di dunia yang betul-betul bebas dari ancaman bencana, meningkat ancaman bencana disebabkan meningkatnya kerentanan, antara lain akibat perubahan iklim global, penurunan kualitas lingkungan, kondisi geografis, kemiskinan, rendahnya tingkat kesiapan masyarakat, pendidikan rendah, urbanisasi, dan pertumbuhan penduduk.
Sementara, Kasubbid Kurikulum Pusdiklat BNPB, Hendrikus Adi dalam Uji Publik Kurikulum dan Modul Srikandi Siaga Bencana menjelaskan karenanya, keterlibatan kaum perempuan terutama peran para ibu dalam membangun ketangguhan keluarga dalam menghadapi situasi darurat bencana lebih digalakan.
“Karena saat bencana kaum ibulah yang paling rentan terkena dampak karena selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, seorang ibu juga harus berpikir akan keselamatan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dampak negatif ketika terjadi bencana diharapkan dapat ditekan melalui peningkatan peran perempuan,” tutupnya.(wa)
Leave a Reply