Oleh: Andini Dwi Hasanah
BADAU, LASPELA- Ahmad salah satu petani karet di desa Badau mengeluhkan harga karet yang masih terbilang murah sehingga mereka tak bisa hanya mengandalkan menjadi petani karet saja.
“Saat ini harga karet Rp9.000 per kilogram, sebenarnya sudah lumayan lah. Tapi kan kalo di lihat dari hasil penghasilan karet ini gak kayak di jawa, kurang maksimal gitu,” ujarnya saat ditemui Laspela, Selasa(30/07/2019).
Ia mengatakan, harga karet sembilan ribu rupiah per kilogram nya dengan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi membuat petani karet kelabakan.
“Kalau hanya ngandalin dari karet aja sih aku kelabakan, bahkan aku sambil nanam-nanam sayur, kuli serabutan di luar juga. Ya kalo hanya ngandalin kerja di karet aja ga akan cukup lah,” jelasnya
Lebih lanjut ia mengatakan, Lahan karet seluas enam hektar tersebut menghasilakan karet yang siap jual dalam dua minggu sekali atau setengah bulan. Hasil panen yang dihasilakan selama dua minggu sekali itu terkadang masih tidak menentu.
“Kadang dua minggu itu dapat 400 kilogram, 300 kilogram, tergantung cuaca juga lah, seperti musim gugurkan agak kurang,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan dengan adanya musim kemarau yang berkepanjangan ini tidak ada pengaruh sama sekali, justru lebih nyaman musim kemarau dari pada penghujan.
“Sebenarnya nyaman musim kemarau, jadi gak terlalu banyak gawe, tapi kalo musim hujan kan itu dua kali gawe, agak ribet gitu,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah daerah, provinsi dan legislatif duduk bersama mencari solusi dan jalan keluar agar harga karet bisa stabil seperti tahun 2008 lalu yang mencapai Rp11.000 perkilogram. Baginya angka ini setara dengan bahan kebutuhan pokok.
“Dulu kan sampe Rp15.000, sekrang kan agak jauh. Kalau bisa harapan kami sih harga karet sampai Rp 10.000 atau diatasnya lah, untuk mencukupi kebutuhan pokok kami,” tutupnya (din)