Provinsi Babel Masuk Dalam Kawasan Ideal Program KB

PANGKALPINANG, LASPELA – Provinsi Bangka Belitung (Babel) termasuk dalam kawasan ideal dalam upaya Program Keluarga Berencana (KB), hal ini di ungkapkan Etna Estelita selaku Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Babel, saat memberikan materi dalam kegiatan Pembinaan Kehumasan kepada Ikatan Penulis Keluarga Berencana (IPKB), Rabu (14/11/2018).

Idealnya Babel dalam program KB, di dapat bedasarkan data perbandingan dari Kwadran Total Fertility Rate (TFR) atau di sebut juga tingkat kelahiran anak dan Contraceptive Prevalence Rate (CPR) atau tingkat penggunaan alat kontrasepsi yang di bandingkan di seluruh Indonesia.

“Semakin tinggi penggunaan CPR maka semakin rendah TFR nya, di dalam data ini Babel termasuk dalam penggunaan CPR yang tinggi dengan tingkat kelahiran yang rendah (TFR) untuk itu Babel menduduki tempat yang sangat ideal dari program KB,” jelasnya.

Sedangkan seperti Provinsi Kalimantan Barat, Klimantan Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo di dalam data di ketahui tingkat penggunaan CPR memang semakin banyak namun tingkat TFR pun semakin banyak.

Sedangkan untuk Wilayah NTB, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Maluku Utara, Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Riau, NTT, Maluku, Papua dan Papua Barat berada di tingkat dimana semakin banyak angka kelahiran (TFR) namun semakin sedikit penggunaan alat kontrasepsi (CPR).

Semantara untuk wilayah DKI Jakarta, Bali, Sulawesi Selatan dan Banten berada di tingkat TFR yang rendah dan juga penggunaan CPR yang rendah.

“Jadi bisa di simpulkan memang yang paling ideal adalah tingkat penggunaan CPR tinggi maka tingkat TFR rendah, yaitu di Provinsi Babel, jambi, lampung DIY, Bengkulu, jawa timur, Sulawesi Utara, yang termasuk dalam idealnya program KB,” tuturnya.

Untuk itu, upaya dalam memperbaiki program BKKBN menargetkan setiap wilayah-wilayah, untuk wilayah dengan CPR tinggi, TFR tinggi akan berfokus pada Metode KB Jangka Panjang (MKJP) dengan pembinaan dengan strategi perubahan, untuk CPR rendah TFR tinggi berfokus pada program KB dengan cara perluasan jangkauan strategi akselerasi, CPR rendah TFR rendah dengan promosi kafetaria Alokon Pembudayaan dengan strategi inovasi, sementara untuk CPR tinggi TFR rendah yang ideal program KB tidak lagi di perkuat dengan strategi fokus KS/PK dengn strategi mempertahankan. (dnd).