Indikator Ekonomi Membaik, Resiliensi Perlu Diperkuat

PANGKALPINANG, LASPELA-Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan III 2018 menjadi pertumbuhan tertinggi di Sumatera yaitu sebesar 7,09% (yoy), meningkat dari triwulan yang sama pada tahun 2017 sebesar 3,60% (yoy). Terdapat 4 sektor lapangan usaha di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tumbuh dan memberikan andil pada triwulan III 2018 diantaranya oleh, sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.

“Capaian ini menunjukan ketahanan perekonomian di Bangka Belitung cukup kuat ditengah ketidakpastian ekonomi global dan belum menggembirakannya harga komoditas Bangka Belitung”, ujar Tantan Heroika, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Prov. Kep. Bangka Belitung.

Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan tumbuh tertinggi sebesar 10,03% (yoy) dengan kontribusi 2,25% terhadap PDRB. Hal tersebut disebabkan meningkatnya produktivitas kelapa sawit untuk pengolahan CPO dan produksi timah batangan pada periode ini. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan juga mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 dengan pertumbuhan 8,61% (yoy) dan kontribusi 1,55% terhadap pertumbuhan tahunan PDRB. Pertumbuhan ini disebabkan adanya panen raya untuk komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, lada dan karet. Peningkatan produktivitas kelapa sawit disebabkan oleh implementasi good agricultural practices (GAP) yang semakin baik.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 utamanya bersumber dari ekspor luar negeri yang tumbuh 12,59% (yoy) dan memberikan andil 5,91% terhadap pertumbuhan PDRB. Peningkatan ekspor ini disebabkan meningkatnya kinerja dari sektor industri pengolahan berbasis CPO dan timah. Selain itu, komponen konsumsi rumah tangga juga mengalami pertumbuhan 9,19% (yoy) dengan andil pertumbuhan 3,13%. Peningkatan sektor rumah tangga seiring dengan peningkatan konsumsi pada beberapa hari besar keagamaan dan penyaluran gaji ke – 13 untuk pegawai negeri sipil.

Nuansa positif dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperkuat oleh tingkat inflasi yang cukup terkendali sampai dengan Oktober 2018. Bulan Oktober 2018, Bangka Belitung mengalami inflasi 3,39% (yoy) atau secara tahun kalender sebesar 1,80% (ytd). Apabila dilihat secara bulanan, pada bulan Oktober 2018 Prov. Kep. Bangka Belitung mengalami deflasi 0,01% (mtm) sedikit meningkat dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,37% (mtm). Apabila dilihat secara spasial, deflasi bulan Oktober disebabkan deflasi pada Kota Pangkalpinang sebesar 0,34% (mtm) sedangkan Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 0,60% (mtm). Berdasarkan kelompok, deflasi terdalam terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,79% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi 0,81% (mtm). Deflasi pada kelompok ini disebabkan adanya penurunan harga pada sub kelompok daging dan hasilnya dan ikan – ikanan.

Walaupun mengalami deflasi pada bulan Oktober, inflasi tahunan dari kelompok bahan pangan masih perlu mendapat perhatian. Secara tahunan inflasi bahan pangan masih cukup tinggi pada angka 5,62% (yoy), meningkat signifikan jika dibandingkan dengan bulan Oktober tahun 2017 sebesar 3,45% (yoy). Di sisi lain, inflasi angkutan udara juga perlu diwaspadai meskipun cukup terjaga sampai dengan bulan Oktober sehingga turut mendukung stabilitas inflasi. Secara tahunan, tarif angkutan udara masih mengalami deflasi pada bulan Oktober 2018 yaitu sebesar 3,38% (yoy), namun berpotensi merangkak naik karena faktor musiman pada libur Natal dan Tahun Baru.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2018 diperkirakan akan meningkat dan akan mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2018. Sampai dengan akhir tahun 2018, kinerja pertambangan dan industri pengolahan berbasis timah diperkirakan akan cukup baik seiring dengan stabilnya harga timah dan tingginya permintaan ekspor untuk timah olahan. Selain itu, berlanjutnya masa panen raya untuk komoditas pertanian khususnya kelapa sawit akan mendorong pertumbuhan sektor perkebunan dan industri pengolahan yang berbasis kelapa sawit. Peningkatan realisasi proyek infrastruktur pemerintah khususnya terkait proyek irigasi sampai dengan akhir tahun juga turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi pengendalian inflasi, sampai dengan akhir tahun 2018, risiko tekanan inflasi muncul sehubungan dengan event seasonal Hari Raya Natal dan Tahun Baru, dimana pada periode tersebut permintaan bahan pokok akan meningkat. Di sisi lain, berakhirnya masa panen raya di sentra produksi dan masuknya angin musim barat memberikan dampak pada pasokan bahan pertanian dan ikan – ikanan sehingga tidak dapat memenuhi peningkatan permintaan di akhir tahun. Selain itu, periode libur panjang di akhir tahun juga akan meningkatkan tekanan inflasi dari angkutan udara seiring dengan meningkatnya permintaan tiket pesawat.

“Momentum pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjaga ini perlu dimanfaatkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas. Diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan resiliensi ekonomi Bangka Belitung. Sektor pariwisata menjadi salah satu sumber ekonomi potensial di Bangka Belitung. Kesiapan infrastruktur pariwisata dan konektivitas perlu menjadi perhatian seluruh pihak yang terlibat. Selain itu, upaya pengendalian inflasi yang efektif dan terukur juga terus diintensifkan antara lain melalui, penguatan produksi dan efisiensi tata niaga yang merupakan penyebab struktural inflasi di Bangka Belitung.” tutup Tantan.(rill)