Oleh: Agus Ismunarno
Wartawan LASPELA Media Group
PALEMBANG, LASPELA –Kerajaan Sriwijaya yang dimulai sejak abad ke-7 masehi telah mempunyai hubungan dan pengaruh langsung dengan sejarah Bangka. Sedangkan Kesultanan Palembang mempunyai hubungan historis dengan berdirinya kota Pangkalpinang. Dengan Belitung tidak mempunyai pengaruh atau hubungan secara langsung langsung dengan Palembang kecuali beberapa hal saja pada saat tertentu pula.
Demikian Laporan Safari Ans, kemarin dari Tim Napak Tilas Sejarah seusai pertemuan tim napak tilas sejarah Babel dengan Kepala Balai Arkeologi Sumatera Selatan Budi Wiyana pada Kamis 12 Juli 2018 di kantornya di Jl. Kancil Putih Demang Lebar Daun Palembang.
Tim Penulis Sejarah Babel terdiri dari Prof Dr Dien Madjid, Akhmad Elvian, Safari Ans, dan Johan W.
Penulisan buku sejarah ini merupakan program Disbudpar Pemprov Babel yang dipimpin oleh Drs Rivai dengan masa kerja 4 bulan.
Lebih lanjut Safari Ans menyampaikan tentang bangkai kapal uang di sungai di Kotawaringin Bangka.
“Hal tersebut disampaikan oleh Akhmad Elvian agar mendapat perhatian khusus,” kata Safari.
Kedua, kata Safari Ans, patut diduga kemungkinan adanya situs purba (zaman batu) pada Batu Gelanggang di Gunung Riting yang terletak di belakang kantor Lurah Gunung Riting saat ini.
Safari Ans memberikan alasan, “Karena di lokasi tersebut terdapat telapak kali manusia raksasa, sumur di atas batu yang tidak pernah kering, geretan batu, dan batu menggantung dan batu yang bertindih.”
Lokasi ini, kata Safari, sudah dua kali didatangani orang Belanda tahun 1970-an.
Historisitas Makam
Menyikapi kedua laporan itu Balai Arikeologi Sumsel mulai tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam.
Safari menyampaikan baik perpustakaan Universitas Sriwijaya (Unsri) maupun IAIN Raden Fatah Palembang tidak memiliki kepustakaan yang memadai dan banyak soal sejarah Bangka dan Belitung.
Ia mengharapkan Pemprov Babel dapat memberikan buku-buku tentang sejarah dan budaya Babel pada kedua perpustakaan tersebut secara resmi agar mahasiswa lebih banyak ketertarikannya untuk melakukan riset di wilayah Babel baik tentang sejarah, kebudayaan, dan lainnya.
Pada laboratarium Balai Arkeologi Sumsel, kata Safari, terdapat patung asli yang diketemukan di Kota Kapur Bangka. Mereka menyebut patung tersebut adalah peninggalan budaya Hindu.
“Namun menurut Pak Elvian bukan zaman Hindu tapi Budha kerena Prasasti Kota Kapur menggunakan tahun Saka. Saka adalah budaya Budha bukan Hindu,” kata Safari.
Safari yang juga adalah Pengamat Kebijakan Publik itu mengatakan ada juga anting dan kalung yang terbuat dari emas yang mereka temukan di penggalian Kota Kapur Bangka.
Fakta sejarah, kata wartawan senior itu, menunjukkan bahwa setiap Raja atau Sultan Palembang selalu mempunyai istri orang Bangka.
“Hal ini terbukti dari makam raja atau Sultan Palembang di Kawah Tekurep di Kelurahan Ilir Palembang pada tanggal Jumat 13 Juli 2018,” ungkap Safari.
Hal ini menunjukkan hubungan yang erat antara Bangka dengan Kesultanan Palembang termasuk perdagangan timah yang mampu mendongkrak ekonomi Kerajaan Sriwijaya.
Safari Ans juga mencatat guru besar agama Islam yang dihormati oleh sultan berkuasa selalu dimakamkan di sebelah makam sultannya menandatangkan bahwa Sultan Palembang sangat menghormati guru agamanya.
“Kemudian berdasarkan nama-nama guru besar agama Islam yang ada pada makam tersebut mempunyai hubungan yang erat dan bahkan memiliki hubungan darah dengan kiyai dan habib yang ada di Jakarta dan Jawa,” simpul Safari. (*)