Cuaca Tak Menentu, Nelayan Sadai Mengeluh

Oleh : Nopranda Putra

*Berharap Dapat Perhatian Pemda Basel

SADAI, LASPELA – Akibat cuaca angin yang tidak menentu, nelayan Sadai mengalami penurunan pendapatan sejak beberapa minggu terakhir ini. Secara otomatis omset pendapatan juga ikut menurun. Hal ini disampaikan oleh seorang nelayan Zulfikar yang bermukim di Pesisir Desa Sadai, Bangka Selatan kepada wartawan, Senin (7/5) sore.

“Sudah dua minggu ini angin kencang, akibat angin kencang ikut juga menurunkan pendapatan pengahsilan ikan kami jelang Ramadhan sehingga tidak sedikit nelayan disini menepikan perahunya,” ungkapnya.

Dijelaskannya, selama cuaca normal pendapat nelayan bisa mencapai ratusan kilogram, dan diikuti harga ikan yang stabil dan saat ini nelayan kesulitan dalam mencari ikan diperairan Sadai.

“Kita biasanya (cuaca normal,red) untuk satu perahu bisa tembus 100 kilogram untuk tiga malam berturut, tapi saat ini tidak bisa mencapai 100 kilogram lagi, untuk sekarang harga cumi berkisar Rp. 74 ribu per kilogramnya dan ikan tenggiri Rp. 56 ribu perkilogramnya,” ujarnya.

Tak hanya itu, sambung dia biaya yang pengeluaran nelayan saat angin kencang juga semakin mengalami defisit, dikarenakan para nelayan terpaksa berlabuh keperairan Laut Kabupaten Bangka, bahkan ke ujung Barat Bangka.

“Akibat dari angin kencang sekarang bukan saja berdampak dari turunnya hasil tangkap laut nelayan Sadai, tapi juga berdampak besarnya biaya operasional, kenapa tidak, karena nelayan Sadai terpaksa melaut lebih jauh lagi bisa ke perairan Sungai Liat, Belinyu bahkan ke Muntok sana dan kebutuhan pemakaian solar otomatis akan bertambah,” ungkapnya.

Selain itu, Zulfikar menyayangkan adanya nelayan yang menggunakan alat tangkap ikan menggunakan compreng, trawl dan gaid. Dan itu menambahkan kesulitan nelayan dalam mencari ikan yang selama ini menggunakan alat tangkap tradisional.

“Belum lagi ditambah adanya alat tangkap ikan jenis compreng, gaid dan trawl. Dan nelayan sadai sekarang berbondong-bondong untuk membuat jaring gaid mengikuti nelayan yang lain,” tukasnya seraya menyesalkan dengan alat tangkap jenis itu yang dapat merusak ekosistem bawah laut.

Sementara itu, Rano yang juga nelayan sadai berharap agar adanya bantuan alat tangkap yang lebih besar dari pemerintah sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan

” Kami inikan nelayan kecil jadi alat tangkapnya juga masih minim, di tambah lagi dengan cuaca buruk seperti ini, otomatis pendapat kami sangat menurut. jadi kami berharap adanya bantuan alat tangkap yang lebih besar guna meningkatkan pendapatan kami nelayan kecil ini, karena alat tangkap lebih besar dapat menghasilkan 500 kilogram hingga 1 ton untuk sekli melaut,” harapnya.