Opini  

Timah: Anugerah atau Musibah?

Oleh : Ahmad Rowatul Irham (Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Bangka Belitung)

Avatar photo

TAMBANG timah telah menjadi denyut nadi ekonomi di sejumlah wilayah Indonesia, terutama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sejak masa kolonial, sumber daya alam ini dianggap sebagai anugerah besar yang memberikan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta menjadi komoditas ekspor unggulan yang menopang perekonomian nasional.

 

Kehadiran industri pertambangan timah turut mendorong tumbuhnya berbagai sektor pendukung seperti perdagangan, transportasi, dan jasa.

 

Di permukaan, keberadaan tambang timah tampak seperti berkah yang tak ternilai bagi masyarakat setempat.
Namun, di balik gemerlap kontribusi ekonomi tersebut, tambang timah juga menyisakan jejak panjang kerusakan lingkungan yang sulit dipulihkan.

 

Eksploitasi besar-besaran, baik oleh perusahaan besar maupun rakyat, telah mengubah bentang alam menjadi kawasan bekas galian yang tandus dan berbahaya. Lubang tambang yang tidak direklamasi sering kali menjadi ancaman bagi keselamatan warga, terutama anak-anak yang bermain di sekitarnya. Sementara itu, sedimentasi dan pencemaran air di sungai maupun laut mengancam ekosistem perairan, termasuk habitat biota laut yang menjadi sumber penghidupan nelayan.

Baca Juga  Restu Warga Jadi Kunci, PT Timah Siap Batalkan Tambang Meski Punya IUP

 

Secara tata ruang, ekspansi tambang timah yang tidak terkendali turut mengganggu rencana pembangunan wilayah. Lahan-lahan produktif, seperti hutan, lahan pertanian, dan kawasan pesisir, berubah fungsi menjadi area tambang. Akibatnya, potensi ekonomi lain seperti pariwisata, pertanian, dan perikanan menjadi terabaikan.

 

Pemerintah daerah sering dihadapkan pada dilema antara menjaga keberlanjutan lingkungan atau mengejar pertumbuhan ekonomi jangka pendek dari sektor tambang. Kondisi ini menuntut kebijakan yang tegas dan berkeadilan untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologi.

 

Namun, menyebut tambang timah semata-mata sebagai musibah juga tidak sepenuhnya tepat. Sumber daya alam ini tetap dapat menjadi anugerah apabila dikelola dengan prinsip keberlanjutan. Pendekatan teknologi ramah lingkungan, regulasi yang ketat, serta penerapan konsep good mining practice harus menjadi dasar setiap aktivitas pertambangan.

Baca Juga  Sebanyak 163 Kopdes Merah Putih di Babel Siap Kelola IUP Timah, Gubernur: Hasil Wajib Disetor ke PT Timah

 

Selain itu, diversifikasi ekonomi di daerah tambang perlu digalakkan agar masyarakat tidak selalu bergantung pada timah sebagai satu-satunya sumber penghasilan.
Pada akhirnya, tambang timah bisa menjadi anugerah sekaligus musibah, tergantung pada bagaimana manusia memperlakukannya. Jika dikelola dengan keserakahan, maka ia hanya akan meninggalkan luka sosial dan ekologis yang mendalam. Namun, jika diolah dengan kearifan dan visi keberlanjutan, timah dapat menjadi motor pembangunan yang membawa kesejahteraan tanpa mengorbankan masa depan.

 

Pilihan itu kini ada di tangan pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk menentukan arah masa depan bumi penghasil timah ini. (*)

 

Leave a Reply