Satu surat, yaitu QS. Al-Maa’uun( 107): 1-7, merupakan tema besar materi khutbah tersebut, tiada lain untuk tujuan penguatan kesadaran beragama bagi setiap muslim, lebih spesifik para prajurit Polda Bangka Belitung yang sempat menunaikan shalat siang itu, tepatnya, Jum’at, (10/10/2025).
Menurutnya, agama hakikatnya bersifat privat terkait hubungan personal seorang hamba dengan Tuhannya, dan ia tidak boleh mengklaim dirinya lebih religius daripada orang lain.
Bukti keimanan tidak sebatas dituturkan (al-Iqraar bil-Lisaan), tapi juga pembenaran dengan kalbu dan keyakinan, berikutnya pengamalan norma agama dengan sepatuh-patuhnya.
Muatan Surat Al-Maa’uun, maka hal tersebut mesti dihindari karena muatannya bertolak belakang dengan nilai ajaran agama– mendustakan agama; menghardik atau membiarkan anak yatim, tidak tergerak menolong orang miskin, lalai dalam ibadah shalat dan juga riya’, dan mencegah ke arah ( barang baik/ berguna).
Benar-benar tidak beragama seseorang bila perbuatan negatif tersebut melekat pada dirinya. Artinya ia beragama (beribadah) sebatas lahiriyah, padahal yang dituntut adalah hakikat ibadah, berdasarkan keyakinan mendalam, tambahnya.
Sebagaimana dikutip dari Al-Qurtubi, bahwa lalai (saahuun) dalam shalat tidak melahirkan ketenangan bathin. Dan “mereka yang riya’ (yuraa’uun) diambil dari kata,”ra’aa”; pertama, mengerjakan sambil melihat orang lain; kedua, berkeinginan agar dilihat orang lain dan dapatkan pujian; ketiga, agar tertanam dalam hati orang lain.
Mudah-mudahan kita terhindar dari sikap mendustakan agama seperti yang terkandung dalam Surat dimaksud. Insya Allah dimudahkan apa yang diniatkan untuk setiap perbuatan baik. (*)
Leave a Reply