Aksi yang awalnya berjalan damai sejak pagi, berubah menjadi kacau ketika para demonstran mencoba merangsek masuk untuk bertemu dengan perwakilan manajemen PT Timah. Aparat yang berjaga langsung merespons dengan menyemprotkan air dari mobil water cannon. Tak lama berselang, beberapa kali tembakan gas air mata diarahkan ke tengah kerumunan, menyebabkan kepanikan di antara peserta aksi.
“Banyak ibu-ibu dan warga yang lari tunggang langgang. Mata pedih, sesak napas. Ini bukan cara menghadapi rakyat yang hanya ingin menyampaikan aspirasi,” ujar Andi (38), salah satu demonstran asal Bangka Tengah, Senin (6/10/2025).
Dalam aksi tersebut, warga menyuarakan tiga tuntutan utama : meminta kejelasan soal harga timah yang merugikan penambang kecil, menolak keberadaan Satgas Timah yang dinilai tidak berpihak ke rakyat, serta mendesak agar sebagian IUP PT Timah diberikan kepada masyarakat lokal agar bisa dikelola secara legal.
“Alih-alih didengar, kami malah dibubarkan dengan gas air mata. Padahal tuntutan kami jelas, kami ingin keadilan dalam pengelolaan tambang,” ungkap Yuni (42), perwakilan warga dari Sungailiat, dengan nada kecewa.
Beberapa warga sempat mengalami sesak napas dan harus dievakuasi dari lokasi. Aksi pun terpaksa dibubarkan lebih awal. Massa mengaku kecewa dengan tindakan represif aparat dan mengancam akan kembali turun ke jalan jika tidak ada tanggapan dari pihak PT Timah maupun pemerintah daerah.
Sampai saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak PT Timah maupun aparat keamanan terkait penggunaan gas air mata dalam pengamanan aksi tersebut. (dnd)
Leave a Reply