Ruang Sunyi, Hadirkan Harapan

* Shaqila Bilqis Makiyah

Avatar photo

Di usianya yang baru 16 tahun, Shaqila Bilqis Makiyah sudah membuktikan bahwa kepedulian tidak mengenal waktu ataupun usia. Lahir di Bandung, 8 November 2008, dan kini menempuh pendidikan di MAN Insan Cendekia Bangka Tengah serta tinggal di Pangkalpinang, Shaqila tumbuh sebagai remaja yang bukan hanya berprestasi, tetapi juga peduli pada suara-suara sunyi di sekitarnya.

Bukan dari panggung besar, bukan pula dari sorotan kamera, kesadaran itu muncul ketika Shaqila melihat teman-teman sebayanya lebih percaya pada informasi dari media sosial dibanding nasihat orang terdekat.

“Saya sadar, tantangan remaja sekarang bukan karena kurang informasi, tapi justru karena kebanjiran informasi yang belum tentu sehat,” kenangnya.

Sejak saat itu, ia merasa tak bisa diam. Ia ingin hadir membawa solusi, menghadirkan ruang aman bagi remaja—tempat di mana mereka bisa mendapat informasi benar sekaligus merasa didukung. Dari sanalah lahir ide menghadirkan PIK-R di lingkungannya, hingga kemudian menginisiasi sebuah platform unik bernama Suaka Sunyi.

Pengalaman paling membekas baginya adalah ketika seorang teman ingin bercerita, tapi takut dihakimi dan tak tahu harus curhat ke siapa. Dari situ, Shaqila sadar: banyak remaja yang butuh ruang aman, tapi tak semua punya tempat yang bisa dipercaya.

Baca Juga  Titik Terang Polemik Muara Jelitik, PT Timah Sepakat Lakukan Pengerukan

Melalui Suaka Sunyi, ia menyediakan fitur menulis diary anonim, tempat remaja bisa mencurahkan isi hati tanpa takut dikenali. Tak hanya itu, ada juga stress form yang membantu remaja mengukur tingkat stres mereka, sehingga mereka bisa lebih mengenali kondisi mentalnya dan tahu kapan harus mencari bantuan.

“Kadang, tempat paling aman untuk bercerita adalah ruang sunyi. Dari balik sunyi itu sebenarnya ada keinginan untuk dimengerti,” ucap Shaqila.

Menjadi Duta GenRe Favorit Provinsi tentu bukan perjalanan tanpa hambatan. Ada kalanya lelah dan ragu datang. Namun, Shaqila selalu menemukan alasan untuk bangkit.

“Saya ingat tujuan awal, bahwa semua yang saya lakukan bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk remaja lain di sekitar saya. Dukungan keluarga dan sahabat selalu memberi energi baru,” tuturnya.

Bagi Shaqila, menjadi perempuan muda di zaman sekarang bukan hanya tentang pintar di kelas, tetapi juga mampu mengenal diri, berani bersuara, dan peduli terhadap sekitar. Ia percaya, perempuan harus tangguh, mandiri, dan memberi dampak.

“Doa saya, semoga perempuan muda di daerah kita tumbuh menjadi pribadi yang berani bermimpi, berani mengambil keputusan, dan berani memberi dampak,” harapnya.

Baca Juga  Tahun Ini DPRD Babel Targetkan 13 Ranperda Disahkan Menjadi Perda

Prinsip Hidup: Tantangan adalah Peluang

Prinsip sederhana selalu ia genggam: “Setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh.” Baginya, ujian remaja memang banyak, tetapi dengan integritas, konsistensi, dan doa, setiap tantangan bisa dilalui.

Prestasi dan Pengalaman

Selain dikenal sebagai Duta GenRe, Shaqila juga pernah menjadi Paskibraka Bangka Tengah, pengalaman yang menanamkan kedisiplinan dan cinta tanah air. Ia sering dipercaya menjadi MC, pembicara, hingga peserta debat Bahasa Inggris, yang melatih kemampuan komunikasi sekaligus menajamkan daya kritisnya.

Namun, bagi Shaqila, prestasi bukan sekadar penghargaan pribadi, melainkan sarana memberi manfaat nyata.

“Saya ingin setiap langkah kecil saya bisa memberi arti bagi orang lain. Karena terkadang, hal sederhana pun bisa jadi cahaya bagi yang sedang mencari jalan,” katanya.

Kisah Shaqila adalah kisah tentang keberanian seorang remaja untuk menolak diam, meski tantangan begitu besar. Ia percaya, remaja bisa menjadi agen perubahan—mulai dari hal kecil, dari lingkaran terdekat, hingga memberi dampak lebih luas.

Di balik sosoknya yang sederhana, Shaqila membawa pesan kuat: bahwa bahkan dari ruang sunyi, bisa lahir suara yang menggerakkan banyak hati. (rul)

Leave a Reply