Opini  

IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung; Langkah Strategis Menuju Perguruan Tinggi Berperadaban

Oleh: Rusydi Sulaiman Dekan Fakultas Dakwah FDKI IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung.

Avatar photo
Editor: Iwan Satriawan

Bila diperdengarkan kepada kita kata, “Perguruan Tinggi”, apapun bentuk kelembagaannya; akademi, sekolah tinggi, institut ataupun universitas, muncul di benak kita sesuatu yang bernuansa akademis—sebuah lembaga pendidikan tinggi yang memberlangsungkan perkuliahan dan kegiatan lain dengan tujuan lahirkan insan akademis.

Kehadiran perguruan tinggi, PTKIN ( Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) tidak serta merta muncul, dipastikan ada idealisme tokoh tertentu atau beberapa orang yang menyatu dalam tim kecil yang solid dan energik, dukungan masyarakat sekitar dan juga pemerintah serta sebab-sebab lain.

Berikutnya sebuah perguruan tinggi berkembang, eksis dan mungkin mencapai supremasi tertentu.

Tak terkecuali IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung yang pasti telah melewati tahapan tersebut—baru saja raih nilai APT ( Akreditasi Perguruan Tinggi) “Baik Sekali”.

Setelah itu satu program studi, PAI (Pendidikan Islam) Fakultas Tarbiyah terakreditasi “Unggul”—sebuah prestasi yang belum pernah ada sebelumnya. Begitu Panjang perjalanan Lembaga tersebut; dari status perguruan tinggi swasta menjadi negeri, STAIN (sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) pada tahun 2004, kemudian beralih status ke IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung pada tahun 2018—selanjutnya disebut IAIN SAS BABEL.

IAIN SAS BABEL adalah satu-satunya PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri) di Bumi Serumpun Sebalai, tepatnya berlokasi di Kecamatan Mendobarat Kab. Bangka—sebuah wilayah yang mengakar di dalamnya beberapa tradisi Islam bermuatan kearifan lokal Pulau Bangka.

Selain IAIN SAS BABEL, terdapat beberapa sentra pendidikan; Pondok Pesantren Al-Islam Kemuja, Pondok Modern Daarul Abror Kace, Pondok Pesantren Darun-Najah Payabenua, Pondok Pesantren Nurul Muhibbin Kemuja, Pesantren Al-Fatah Cengkong Abang, Akademi Kebidanan Citra Delima, Madania Center Bangka Belitung dan beberapa majelis keagamaan, lembaga formal seperti SD, SMP, SMA dan SMK—membedakan kecamatan tersebut dengan wilayah lain.

Tercapainya akreditasi “Unggul” prodi PAI dan akreditasi “Baik Sekali” untuk Perguruan Tinggi serta beberap prodi lain di IAIN SAS BABEL menimbulkan respon positif banyak pihak; sebagian langsung nge-chat kalimat apresiasi, simbol jempol dan membuat flyer ucapan selamat; sebagian lain ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah bekerja keras untuk capaian tersebut; sebagian juga diam, tak berucap satu patah kata pun, tapi tetap mengamini sebagai tanda setuju.

Pastinya seluruh sivitas akademika bersyukur atas anugerah Allah berupa prestasi akademik bagi kelembagaan IAIN SAS BABEL. Ikhtiar Panjang dengan segala keluh kesah namun tetap tulus bekerja pasti menghasilkan takdir tertentu berupa prestasi gemilang.

Namun demikian, warga kampus hijau tersebut tidak boleh puas dengan kondisi saat ini, masih banyak pekerjaan yang mesti dituntaskan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Lagi pula puluhan PTKIN di lingkungan Kementerian Agama RI jauh lebih berprestasi.

Ketika perasaan kurang puas melekat dalam diri, maka ghirah akademik memajukan lembaga muncul dengan sendirinya. Selanjutnya perlu langkah strategis sebagai berikut:

Berorientasi Akademis.
Visi,”Unggul, Religius dan Profesional” dengan beberapa poin misi menuntut lembaga untuk memberikan beberapa argumen akademis. Setidaknya visi misi tersebut memiliki makna filosofis tersendiri.

“Unggul” misalnya di bidang apa, dan apa yang membedakan IAIN SAS BABEL dengan perguruan tinggi lain sebagai satu-satunya PTKIN di Kepulauan Bangka Belitung. Obsesi menjadi unggul dapat terwujud bila terpenuhinya aspek-aspek akademik sebagaimana ditetapkan oleh BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi), sepert: kualitas akademik, standar mutu, SDM dan lainnya.

Selain itu aspek-aspek non-akademik juga diperlukan. “Religius”, dimaksud adanya komitmen sivitas akademika akan nilai-nilai ajaran agama. Berlokasi di Mendobarat menuntut mereka untuk meningkatkan kesadaran beragama (religious consciousness), dan juga harmonis di tengahj keberagamaan dan keberagaman.

Adapun “profesional”, IAIN SAS BABEL diharapkan memiliki nilai plus sehingga ( ia) diminati dan menjadi tujuan banyak orang. Profesional maksudnya bersikap objektif sesuai profesi atau bidang keahlian yang dimiliki, memberi sentuhan tersendiri kepada siapapun.

Tiga unsur Tridharma Perguruan Tinggi adalah pijakan bagi dosen dan tenaga kependidikan dalam beraktifitas untuk capaian visi dan misi tersebut. lima dosen dengan jabatan fungsional guru besar, belasan doktor Lektor kepala, seratus lebih Lektor dan asisten ahli serta sejumlah pegawai dengan mebragam prestasi merupakan modal besar menuju perguruan tinggi berperadaban.

Tak ketinggalan ribuan mahasiswa yang selaras dengan visi dan misi lembaga menjadi pelengkap.

Memperkuat Basis Lembaga.
Dipastikan masyarakat di kepulauan ini mengenal IAIN SAS BABEL, tapi apakah mereka mengikuti perkembangannya, belum tentu juga.

Sebagai sivitas akademika terkadang kesal, karena masih terdengar kata “STAIN” padahal lembaga ini telah bertransformasi ke IAIN, yaitu: IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung sejak 2018, berarti sudah berlalu tujuh tahun. Pastinya diperlukan langkah strategis mensosialisasikannya.

Memastikan sebagai bagian dari keluarga besar IAIN SAS BABEL adalah kemestian bagi sivitas akademikanya.

Rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa mencintai (sense of love) yang tertanam dalam kalbu akan berimplikasi pada rasa tanggung jawab moral (sense of moral responsibility) terhadap lembaga.

Apapun penilaian orang tentang IAIN SAS BABEL, maka hal tersebut tidak akan menggeser pendirian sivitas akademika yang bernaung di dalamnya.

Ketika basis kelembagaannya di Mendobarat, maka ia harus diperkuat. Mudah-mudahan Masyarakat akan terasosiasikan ke perguruan tinggi bernama IAIN SAS BABEL. Hanya dengan diperdengarkan kata Petaling, ibukota Mendobarat tersebut, maka muncul dalam benak mereka Adalah PTKIN satu-satunya di Kepulauan Bangka Belitung.

Tertarik atau tidaknya masyarakat dan juga pemerintah serta pihak tertentu kepada IAIN SAS BABEL, sangat tergantung pada sebesar apa sentuhan sivitas akademikanya sendiri; cara bekerja, pelayanan, prestasi dan semacamnya.

Berkolaborasi dan membangun jaringan (net-working).
Sebuah lembaga akan rapi dan baik bila didukung oleh kepemimpinan dan manajemen yang baik pula. Tidak sulit bagi IAIN SAS BABEL sebagai PTKIN di bawah Kementerian Agama RI untuk jalankan kegiatan rutin dalam satu tahun akademik sesuai dengan ketercukupan anggaran berdasarkan prioritas.

Tentunya tak sebatas itu bila lembaga ini ingin maju, termasuk kemungkinan anggaran untuk memenuhi pembiayaan sarana prasarana besar dan kegiatan akademik berkualitas, maka perlu dukungan kuat.

Selanjutnya, lembaga ini mesti berekspansi; berkolaborasi dan membangun jaringan ( net-working ) dengan berbagai pihak. Bagaimana sebuah lembaga akan dikenal bila hal semacam ini tak terpikirkan. Selain itu perlu penegasan terkait apa yang ditawarkan yang diasumsi meyakinkan pihak tertentu.

Sebagai satu-satunya PTKIN di Kepulauan ini, IAIN SAS BABEL tidak hanya memiliki tanggung jawab administratif formal ke pemerintahan pusat, melainkan ada tanggung jawab moral dan akademik mencerdaskan bangsa—melahirkan generasi berperadaban. “innahum Aamanuu bi Rabbihim wa Zinaahum Hudaa” (QS.Al-Kahfi (18):13).

Mudah-mudahan kondisi Lembaga saat ini memotivasi sivitas akademikanya menjadi lebih dinamis sesuai cita-cita para pendahulu. IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung tetap di hati masyarakat. Wassalam. (*)

Leave a Reply