Di setiap desa selalu ada cerita, dongeng, dan legenda yang diwariskan turun-temurun. Namun, tak semua cerita itu hanya berhenti di kisah.
Di Belo Laut, sebuah desa di Kabupaten Bangka Barat, cerita itu justru melahirkan gerakan nyata: semangat pemuda untuk kembali merawat kearifan lokal.
Adalah Etika Fitri, putri kelahiran Desa Belo Laut, yang menjadi salah satu motor penggerak kebangkitan itu. Usai menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pasundan hingga meraih gelar Magister Ilmu Komunikasi, Etika kembali ke kampung halamannya. Keputusan itu bukan tanpa alasan.
“Kalau bukan kita, siapa lagi yang membangun desa?” katanya mantap.
Awal Gerakan dari Desa Sunyi
Sekembalinya di akhir 2022, Etika melihat desa tercintanya mulai sepi kegiatan. Dulu ada hiburan rakyat, tapi lama-lama menghilang. Dari keresahan itu, ia mengajak kawan-kawan sebaya untuk berkumpul, berbagi ide, lalu sepakat membentuk Forum Pemuda Belo Laut.
Awalnya sederhana: mengadakan acara tahun baru, lalu kegiatan sosial seperti galang dana untuk warga yang membutuhkan dan aksi bersih lingkungan.
Namun Etika menyadari, forum pemuda perlu sesuatu yang lebih besar—sebuah wadah sekaligus ikon yang bisa menghidupkan desa dan menarik perhatian masyarakat luas. Dari situlah lahir Belo Laut Festival.
Festival yang Menjadi Ikon
Tahun 2023 festival ini digelar pertama kali. Dari sajak, panggung seni, hingga parade budaya. Tahun berikutnya, festival ini berkembang pesat, bahkan masuk dalam agenda kabupaten dan mendapat dukungan lembaga nasional. Kini, festival itu bukan hanya ruang hiburan, melainkan juga arena pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi lokal.
“Spesialnya, festival ini digarap sepenuhnya oleh pemuda. Dari konsep, pelaksanaan, hingga pengisi acara, semua anak-anak desa yang terlibat,” ujar Etika.
Dari awal hanya sekitar 30 anak muda yang bergabung, kini jumlahnya melonjak menjadi lebih dari 70 orang. Mereka menampilkan tari, musik tradisi, hingga fashion show karnaval yang menampilkan kreasi khas daerah.
Pemuda Pelopor dari Belo Laut
Ketekunan gadis kelahiran 14 Februari 1996 ini bersama rekan-rekannya melahirkan pengakuan. Tahun ini, ia mewakili Bangka Belitung sebagai Pemuda Pelopor yang diselenggarakan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) berkolaborasi dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT).
Uniknya, Etika mendaftar hanya beberapa jam sebelum penutupan.
“Saya isi formulir buru-buru, upload file bahkan beberapa menit sebelum deadline. Awalnya ragu, karena persiapan minim, tapi saya percaya sudah berbuat sesuatu untuk desa,” kenangnya sambil tersenyum.
Penghargaan itu bukan sekadar gelar, melainkan energi baru yang mendorong Etika dan rekan-rekan untuk terus bergerak. Baginya, seni budaya bukan hanya hiburan, tapi juga jembatan untuk mendongkrak ekonomi desa, membuka ruang kreatif anak muda, dan tentu saja menjaga akar tradisi.
Menjadi Inspirasi, Menjaga Warisan
Kini Belo Laut dikenal bukan hanya sebagai desa nelayan, tapi juga desa yang aktif merawat budaya. Etika Fitri dan kawan-kawan memelopori sesuatu yang sederhana namun bermakna: menghidupkan kembali denyut kebersamaan lewat seni.
Dalam perjalanannya, perempuan yang kini menjadi Direktur BUMDes PJB Belo Laut ini menunjukkan satu pesan sederhana: perubahan besar selalu lahir dari langkah kecil. Dari sebuah desa di tepian Bangka Barat, ia membuktikan bahwa anak muda bisa menjadi motor perubahan.
Dan dari Belo Laut, ia menitipkan pesan untuk generasi sebaya:
“Mulailah membangun. Kalau bukan kita, siapa lagi?” tutupnya. (rul)
Leave a Reply