Opini  

Pilkada Ulang, Pilkada Uang, Pilkada Curang

Oleh: Heru Sudrajat (wartawan senior)

Avatar photo

RIBET, mumet jelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah ulang Kabupaten Bangka, 2025. Dari awal pihak penyelenggara begaduh soal anggaran. Kemudian muncul lagi persoalan serius, ada salah satu calon bupati dan wakil bupati digugurkan tidak boleh ikut pilkada ulang.

 

Pihak partai calon pengusungpun sigap menggugat pihak penyelenggara. KPU digugat! Bahkan ratusan pendukung pasangan calon yang digugurkan, menggeruduk kantor KPU. Waduh! Ribut tidak? Hampir?

Aneh Bangka ini. Sebab pada umumnya gugat menggugat itu setelah usai pelaksanaan pilkada. Tapi ini ceritanya lain. Gugat menggugat saat awal pelaksanaan pilkada. Nah! ini baru seru! Jangan sampai tidak lanjut ke MK? Sungguh opera pilkada, terpeleset jadi opera pilkadal.

 

Apa maksudnya itu Mas Bro? Selama ini masyarakat selalu dikadali pada pemilihan kepala daerah. Sekarang, calonnya yang dikadali oleh pihak penyelenggara. Kok bisa begitu? Ceritanya panjang? Calon yang digugurkan, saat pendaftaran di KPU dinyatakan memenuhi syarat. Lalu saat penetapan calon dinyatakan tidak memenuhi syarat. Waduh, begitu ya? Itulah sebuah permainan bocor setengah halus dalam ajang mencari pemimpin daerah ini. Salah Mas Bro? Bukannya ajang mencari bakat, tapi nyari pemimpin yang berbakat ngadali rakyat?

 

Lucu? Masak pemilihan kepala daerah disamakan ajang mencari bakat, seperti di televisi. Loh…dimana lucunya? Emangnya lawakan Srimulat? Yang namanya kompetisi itu pasti ada leluconnya, tanpa itu kurang seru. Plus sedikit miring-miring nabrak aturan, untuk kemenangan. Tunggu dulu Mas Bro? Kalau nabrak aturan, sama saja menang dengan kecurangan. Itu dia, munculnya kegaduhan. Karena calon yang kalah pasti mencari cari kesalahan dari calon yang menang dan buntutnya tidak mau menerima kekalahan. Lalu protes, demo, menggugat sampai ke MK. Loh..untuk apa ada deklarasi damai para pasangan calon? Itu masalahnya. Bahkan mereka para pasangan calon berjanji tidak main politik uang. Amboy begitu manis kata dibibir, tapi lain dihati.

Baca Juga  Basit-Dede Dapat Suntikan Semangat, Sekjen PKS Turun Langsung Konsolidasi Pemenangan di Pangkalpinang

Jangan souzon dulu Mas Bro? Itu mungkin dulu, setiap pilkada bersliweran beli suara. Ada serangan fajar, serangan angpao, serangan kumpulkan KTP dan wani piro? Lah sekarang kondisinya lain? Prettt!!! itu kata tepat untuk mereka para pasangan calon dan timsesnya. Wait!! Kok sepertinya tidak percaya? Percaya? Seperti kata bijak, ‘Katakan tidak dengan politik uang’? Faktanya? ‘Jangan sampai tidak dengan politik uang’? Waduh mau ketawa takut dilapor ke Bawaslu?

Apa urusannya ketawa dengan Bawaslu? Kita harus ketawa? Sebelum ketawa itu masuk dalam ranah sengketa pilkada. Mana mungkin itu terjadi? Seharusnya yang kita tertawai itu KPU? Dua duanya harus ditertawai. Pasalnya mencermati banyaknya kekhawatiran dari beberapa kalangan petinggi, tokoh politik serta orang orang yang ditokohkan, itu ragu dengan kinerja pihak penyelengara?Gawe ngerapik! Waduh! Gawat dong? Bisa-bisa pemilihan kepala daerah tidak maksimal terselenggara. Wis embuh ora ngerti.

Baca Juga  Kuasa Hukum Rato–Ramadian Akan Polisikan Ketua KPU dan Komisioner, Sinarto Sebut Belum Ada Panggilan

Sebentar Mas Bro? Jangan asal buat narasi-narasi tidak menjuntrung, lalu diframing sedemikian rupa, jadi malapetaka? Apa alasannya? Beberapa hari lalu, salah satu petinggi pemkab Bangka mempertanyakan kurang gencarnya KPU mensosialisasikan pelaksanaan pilkada ulang. Buntutnya banyak warga di pedesaan tidak tahu kalau ada pilkada ulang bulan Agustus 2025 ini. Terus apa lagi?

Barusan saja KPU digugat, digeruduk warga masyarakat, minta ketua dan komisionernya mundur. Kacau kan? Terus bagaimana mau bekerja dengan baik, kalau permasalahan selalu muncul.
Sedang Bawaslu? Ya beti (beda tipis) di Bawaslu lebih dulu kesandung masalah, sampai ketuanya dicopot dan satu anggotanya mundur. Anehnya tidak segera ada pergantian ketua. Bahkan yang terkait masalah pun tetap dipertahankan. Hal itulah membuat Kepala Kesbangpol Bangka Romlan, kesal dan mendesak Bawaslu agar cepat mendevenitifkan ketua yang baru.

Wah ngeri ngeri sedap juga pelaksaanaan pemihan kepala daerah Bangka? Apa yang ngeri? Kecurangan? Sungguh dalam pesta demokrasi butuh uang dan tidak ada yang lurus-lurus saja. Permainan, saling menjatuhkan, saling sikut, antara pasangan calon itu pasti ada dan sudah lumrah. Sudahlah kita duduk manis saja, sembari ngopi dan mendengarkan irama koplo lagu Rungkad, entek entekan, bondoku melayang bikin aku ngeluh. Untung baru ngeluh? Kalau gila? Semoga tidak demikian. Semoga. (*)

Leave a Reply