Banyak Rumah Warga di Pangkalpinang Gunakan Atap Asbes, Inilah Dampaknya bagi Kesehatan

Editor: Iwan Satriawan
Plt. Kepala Dinkes Kota Pangkalpinang dr. Tri Wahyuni, Kamis (17/7/2025).

PANGKALPINANG, LASPELA – Penggunaan atap asbes di rumah-rumah warga Kota Pangkalpinang masih sangat tinggi.

Sekretaris Daerah Kota Pangkalpinang, Miego, menyebutkan bahwa saat ini tercatat sekitar 43 ribu rumah masih menggunakan atap berbahan asbes.

Pemerintah Kota berencana menerbitkan surat edaran dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya asbes, berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim).

“Memang masyarakat kita menganggap asbes lebih ekonomis dan tahan lama dibandingkan seng. Atap beton dianggap mahal dan berat, padahal dari sisi kesehatan, asbes sangat berisiko. Ini karena ketidaktahuan masyarakat, maka kita akan terus berikan edukasi,” ungkap Miego.

Ia menambahkan bahwa dalam program perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pemerintah akan berupaya memberikan edukasi agar masyarakat dapat dengan berkala mengganti atap berbahan asbes dengan bahan lain yang lebih aman.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang, dr. Tri Wahyuni, menjelaskan bahwa paparan asbes sangat membahayakan sistem pernapasan manusia.

Salah satu risiko utama adalah asbestosis, penyakit kronis pada paru-paru yang bisa berujung pada kematian.

“Asbestosis bukan kanker, tapi bisa sangat berbahaya karena bersifat kronis dan merusak fungsi paru-paru. Pekerja bangunan adalah kelompok yang paling sering terpapar langsung,” jelas dr. Tri, Kamis (17/7/2025)

Dinas Kesehatan tidak memiliki kewenangan melarang penggunaan asbes, tetapi aktif memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko paparan.

“Beberapa langkah pencegahan yang disarankan antara lain menjaga ventilasi rumah agar udara terus berganti, berolahraga secara rutin, memperbanyak konsumsi air putih, tidak merokok di dalam rumah. Jika tetap menggunakan atap asbes, disarankan agar dipasangi plafon untuk mengurangi paparan langsung,” katanya.

Sementara itu, dr. Brizain, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Provinsi Bangka Belitung, turut menyoroti dampak paparan asbes terhadap kesehatan ibu hamil.

Menurutnya, meskipun paparan asbes tidak langsung berdampak pada janin, namun tetap membahayakan kesehatan ibu hamil, terutama jika terjadi dalam jangka panjang dan berulang.

“Paparan asbes pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pada paru-paru seperti asbestosis, yaitu peradangan dan jaringan parut pada paru-paru yang mempengaruhi kemampuan bernapas. Ini bisa menurunkan suplai oksigen ke tubuh ibu, yang secara tidak langsung bisa mengganggu perkembangan janin,” jelas dr. Brizain.

Ia juga menambahkan bahwa dalam jangka panjang, paparan asbes berpotensi menyebabkan kanker paru-paru, meskipun prosesnya berlangsung bertahun-tahun. Selain itu, gejala lain yang dapat muncul antara lain batuk kronis, sesak napas, dan nyeri dada.

Untuk mengurangi risiko, dr. Brizain menyarankan agar ibu hamil menghindari kontak langsung dengan atap asbes, terutama jika sudah rapuh, rusak, atau menimbulkan debu. Penggunaan masker dan alat pelindung diri sangat dianjurkan, serta menjaga kebersihan saluran pernapasan dengan rajin mencuci hidung dan berkumur.

“Dengan menjaga kesehatan pernapasan, kita bisa mencegah paparan partikel berbahaya dari asbes. Pencegahan sangat penting, apalagi bagi kelompok rentan seperti ibu hamil,” tambahnya. (dnd)

Leave a Reply