PANGKALPINANG, LASPELA — Laut bukan sekadar hamparan biru di cakrawala, tapi juga pusat kehidupan yang menopang jutaan spesies, mengatur iklim, hingga menyokong kehidupan manusia. Menyadari pentingnya keberlanjutan ekosistem laut, PT Timah Tbk terus melangkah lebih jauh dalam komitmennya menjaga kelestarian lingkungan pesisir dan perairan.
Sebagai bagian dari program reklamasi perusahaan, PT Timah menjalankan berbagai inisiatif pelestarian laut secara berkelanjutan di wilayah operasionalnya, yakni Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Program ini tidak hanya menyentuh aspek ekologis, tetapi juga menyasar manfaat langsung bagi masyarakat pesisir.
Artificial Reef dan Inovasi Reklamasi Laut
Dalam kurun waktu 2016 hingga 2024, PT Timah yang merupakan anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID, telah menenggelamkan ribuan unit struktur buatan di dasar laut, seperti 7.680 unit artificial reef, 3.105 fish shelter, serta 1.475 unit transplantasi karang. Selain itu, sebanyak 40.435 ekor cumi turut dilepasliarkan ke habitat alaminya sebagai bagian dari program restocking di Bangka Belitung.
Di Provinsi Kepulauan Riau, perusahaan juga memasang penahan abrasi sepanjang 2.360 meter, melakukan penanaman mangrove seluas 12,81 hektar, serta restocking 3.800 ekor kepiting bakau antara tahun 2017 hingga 2024.
Program ini dilaksanakan melalui kolaborasi multipihak, termasuk dengan kelompok nelayan, Yayasan Sayang Babel Kite, pemerintah daerah, hingga POSSI Bangka Belitung.
Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari, mengapresiasi upaya PT Timah yang telah konsisten melakukan reklamasi laut sejak 2017. Menurutnya, kegiatan seperti transplantasi karang, pembangunan coral garden, penenggelaman atraktor cumi, dan pemantauan terumbu karang di Pulau Bangka telah menciptakan dampak yang signifikan.
“Reklamasi laut yang dilakukan oleh PT Timah telah menjadi program pertama diterapkan di Indonesia.m menjadi bahan pembelajaran berharga untuk diterapkan pada skala nasional,” ujar Indra.
Ia menekankan pentingnya program reklamasi laut, bahkan untuk aktivitas pertambangan yang berpusat di darat, karena dampaknya juga dirasakan di wilayah pesisir dan perairan.
“Artificial reef yang telah ditenggelamkan PT Timah terbukti dapat menjadi habitat baru bagi biota laut dan dapat dikembangkan untuk wisata diving dan memancing,” lanjutnya.
Hasil monitoring yang dilakukan pihaknya juga menunjukkan bahwa lokasi-lokasi reklamasi memiliki potensi besar dikembangkan menjadi kawasan wisata bahari dan perikanan berkelanjutan.
Tidak hanya secara ekologis, manfaat program ini juga dirasakan langsung oleh para nelayan. Seperti yang disampaikan Rispandi, nelayan asal Desa Tanjung Kubu, Kabupaten Bangka Selatan. Ia mengungkapkan bahwa keberadaan fish shelter membuat hasil tangkapan meningkat drastis.
“Kami sudah tidak perlu jauh lagi melaut karena ikan-ikan sudah ngumpul di fish shelter,” tuturnya.
“Dulu hasil tangkapan hanya 10 kg per hari, sekarang bisa sampai 50 kg… ikannya juga ikan super!” ujarnya.
Keseimbangan Ekologis dan Ekonomi
Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk, Anggi Siahaan menjelaskan bahwa program reklamasi laut ini merupakan langkah proaktif perusahaan dalam menjaga keseimbangan antara keberlanjutan ekosistem dan pemberdayaan masyarakat.
“Program reklamasi laut merupakan langkah proaktif perusahaan, diharapkan dapat memberikan dampak bagi peningkatan ekologis maupun sosial ekonomi masyarakat,” kata Anggi.
“Ke depan, artificial reef juga diharapkan bisa dikembangkan untuk mendukung pariwisata bawah laut,” tambahnya.
Upaya PT Timah dalam merestorasi laut melalui pendekatan berkelanjutan ini menjadi contoh nyata bagaimana dunia industri dapat berkontribusi langsung dalam menjaga bumi. Laut lestari bukan hanya tentang pelestarian alam, tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat pesisir, lingkungan, dan ekonomi lokal. (*)
Leave a Reply