SUNGAILIAT, LASPELA — Pemkab Bangka serius menekan kasus TB (Tuberkulosis) Paru yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Melalui rapat terbatas dan rapat koordinasi yang digelar bersama berbagai pemangku kepentingan, Penjabat Sekretaris Daerah Bangka, Thony Marza memimpin penggalangan komitmen untuk penanggulangan TB berbasis kolaborasi lintas sektor.
Rapat tersebut melibatkan seluruh camat di Kabupaten Bangka serta sejumlah unsur strategis seperti Dinas ESDM, Kadin, Forum TJSL, APTIN, RBT, BSB, GLOBAL FUND, Institut Pahlawan 12, APDESI, UGM, UBB, UMBB, IDI, HAKLI, IAKMI, dan Forum Kabupaten Bangka Sehat.
“Semua pihak merapatkan barisan dan berkomitmen menjalankan peran sesuai tupoksi masing-masing untuk menanggulangi TB Paru secara terpadu,” ujar Thony, Senin (26/5/2025).
Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia.
Menurut Global TB Report 2025, angka kematian akibat TB terus meningkat, dengan fatality rate mendekati 12 persen. WHO pada 2024 mencatat 1,6 juta jiwa meninggal akibat TB setiap tahunnya, sebagian besar dari kelompok usia produktif (25–45 tahun).
Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan kasus TB tertinggi setelah India.
Kabupaten Bangka pun mengalami tren yang serupa.
Berdasarkan data periode sebelum kolaborasi menunjukkan peningkatan temuan kasus TB dari 522 kasus menjadi 618 kasus dengan angka kematian mencapai 9,3 persen. Case detection rate juga meningkat tajam dari 3.349 menjadi 7.331.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Bangka, Nora Sukma Dewi menekankan bahwa tanpa kolaborasi yang kuat, penanggulangan TB tidak akan maksimal.
Ia menyebutkan, ancaman TB bukan hanya menyangkut masalah kesehatan, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas, kualitas hidup, hingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Jika dibiarkan, ini akan memperburuk angka kesakitan, menurunkan harapan hidup, meningkatkan kemiskinan, bahkan mengancam capaian SDGs,” tegas Nora.
Ia menambahkan, penanggulangan TB harus menjadi program prioritas bersama yang digerakkan oleh kolaborasi lintas sektor dan lintas disiplin.
“Penuntasan TB tidak bisa diserahkan hanya ke sektor kesehatan. Harus ada sinergi antara pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan masyarakat,” tukasnya.
Langkah kolaboratif ini diharapkan mampu menekan angka penularan dan kematian akibat TB Paru, serta membangun sistem deteksi dan penanganan yang lebih cepat dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Bangka. (mah)
Leave a Reply