MANGKOL, LASPELA— Sebanyak 60 orang mahasiswa Fakultas Fisip Sastra Inggris Universitas Bangka Belitung didampingi dua dosen pengampu mengunjungi kawasan wisata alam Tahura Gunung Mangkol Bangka Tengah, Rabu (21/5).
Kedatangan rombongan mahasiswa UBB dalam rangka mengikuti kelas ‘case method’ yang mengangkat studi kasus tentang larangan dan etika secara budaya disambut hangat oleh para pengelola wisata tahura.
Turut hadir Basrin dan Syahrial selaku narasumber sekaligus pembina kelompok darma wisata Bangka Tengah.
Dosen pengampu Diana Anggraini mengatakan dalam mata kuliah “Introduction to Semantics and Pragmatics”, mahasiswa mengikuti kegiatan kelas dengan pendekatan “case method” yang mengangkat studi kasus tentang larangan dan etika secara budaya di kawasan wisata alam Gunung Mangkol, Bangka Tengah.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan analisis makna dan implikatur dalam konteks lintas budaya, khususnya terkait norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat lokal.
“Eksplorasi Budaya dan Etika di Wisata Gunung Mangkol Ditinjau dari Tingkatan Kesantunan,” ujar Diana didampingi Rizky Arif Affandi.
Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dan diberi tugas untuk mengidentifikasi larangan-larangan yang berlaku di Gunung Mangkol, seperti larangan berkata kasar, membawa makanan beraroma tajam, atau melakukan aktivitas yang dianggap mengganggu keharmonisan alam. Setiap kelompok mengkaji larangan tersebut dari sisi semantik (makna literal) dan pragmatik (makna kontekstual dan budaya).
Dalam proses diskusi, mahasiswa menganalisis bagaimana makna implisit dari larangan-larangan tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat setempat, seperti penghormatan terhadap roh penjaga gunung dan pelestarian lingkungan. Mereka juga menelusuri bagaimana penggunaan bahasa dan ungkapan larangan mencerminkan strategi pragmatik untuk menanamkan kesadaran etis kepada wisatawan.
Kegiatan dilengkapi dengan sesi dokumentasi, wawancara dengan pengurus wisata, serta refleksi kritis terhadap perbedaan pendekatan etika budaya lokal dengan norma wisata modern. Hasil akhir kegiatan berupa presentasi kelompok dan laporan analisis linguistik mengenai cara larangan dan etika dikonstruksi dalam bahasa serta dampaknya terhadap perilaku wisatawan.
Ia berharap melalui pendekatan “case method” ini, mahasiswa tidak hanya memahami konsep semantik dan pragmatik, tetapi juga meningkatkan sensitivitas terhadap keberagaman budaya dan pentingnya komunikasi lintas budaya yang etis di kawasan wisata alam. (a1)
Leave a Reply