Wajah Pendidikan Bangka Belitung, Sudahkah Menggambarkan Indonesia Sentris?

 

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap orang, dengan Pendidikan yang maksimal maka setiap orang akan bisa memberikan kontribusi bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, lingkungan sekitar, dan bahkan dalam lingkup yang lebih luas yakni memberikan kontribusi untuk bangsa dan negara bahkan untuk dunia.

Setiap negara maju di dunia ini terbukti mengutamakan sektor pendidikan guna membangun peradaban bangsa dan negaranya. Semakin terdidik warga negaranya maka ini akan meningkatkan kualitas bangsa itu sendiri, karena kita tahu bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah asset bagi bangsa dan negara.

Begitu pula Indonesia, negara majemuk dengan jumlah penduduk yang besar, tentu sektor Pendidikan merupakan hal utama yang harus mendapat perhatian bagi semua pihak.

Kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan tentu memiliki tantangan tersendiri untuk memenuhi kebutuhan Pendidikan tiap wilayah terutama wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang belum memiliki sarana dan prasarana dan konektivitas yang memadai.

Konsep Indonesia Sentris yang digagas oleh Presiden Joko Widodo salah satunya tak lepas demi pemerataan di sektor Pendidikan untuk seluruh wilayah di Indonesia.

Beberapa komponen yang harus diperhatikan untuk memenuhi pemerataan Pendidikan yang ideal tersebut yakni infrastruktur seperti tersedianya sekolah-sekolah, Perguruan Tinggi Negeri, SDM berupa tenaga pengajar yang berkualitas dan kompeten, juga konektivitas wilayah.

Hal yang sama juga tentu diperlukan untuk pemerataan Pendidikan termasuk di Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan Provinsi yang terdiri dari dua pulau yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Jika melihat data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Angka Partisipasi Kasar (APK) (perbandingan antara jumlah penduduk yang masih bersekolah di jenjang Pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan yang sama) menurut Provinsi dan Jenjang APK di Kepulauan Bangka Belitung SMA/Sederajat untuk tahun 2023 sebesar 88,28 persen.

Sedangkan Angka Partisipasi Murni menurut Provinsi dan Jenjang APM di Kepulauan Bangka Belitung SMA/Sederajat untuk tahun 2023 sebesar 60,72 persen. Untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Provinsi dan Kelompok Umur di Kepulauan Bangka Belitung rentang usia 16-19 tahun 2023 sebesar 69,53 persen, untuk rentang usia 19-23 Tahun 2023 sebesar 19,38 persen. Sementara untuk Rata-rata lama sekolah penduduk umur 15 tahun ke atas menurut Provinsi untuk tahun 2023 sebesar 8,66 persen.

Untuk Angka Anak Tidak Sekolah menurut jenjang Pendidikan dan daerah tempat tinggal di Kepulauan Bangka Belitung, untuk daerah perkotaan SMA/Sederajat pada tahun 2022 sebesar 18,75 persen, daerah perdesaan SMA/Sederajat sebesar 27,6 persen,untuk perkotaan dan perdesaaan tahun 2022 sebesar 22,52 persen. Angka anak tidak sekolah menurut jenjang Pendidikan dan jenis kelamin untuk laki-laki SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 24,56 persen. Untuk Perempuan SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 20,35 persen. Untuk laki-laki dan Perempuan SMA/Sederajat tahun 2022 sebesar 22,52 persen.

Selain itu, perkembangan angka putus sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan data sementara dari Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk SMK tahun 2021/2022 sebanyak 370 siswa dan untuk SMA tahun 2021/2022 sebanyak 94 siswa.

Yang tak kalah penting untuk sektor Pendidikan ini yaitu jumlah lulusan SMA/SMK yang melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi. Di Kepulauan Bangka Belitung sendiri jumlah lulusan SMA/SMK/Sederajat untuk tahun 2023 sebanyak 13.023 orang. Dari jumlah tersebut, hanya sebanyak 2.593 orang (19,91%) yang melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi di daerah, 1.783 orang (13,69%) yang melanjutkan Pendidikan ke perguruan tinggi di luar daerah. Sedangkan sebanyak 5.048 orang (38,76%) memilih untuk bekerja, dan selebihnya 3.599 orang (27,64%) lain-lain.

Rendahnya jumlah kelulusan yang melanjutkan Pendidikan ke pendidikan tinggi ini tentu berdampak jangka Panjang terhadap kualitas SDM kita yang akan melanjutkan kepemimpinan dan juga tongkat estafet pembangunan di Negeri Serumpun Sebalai ini. Berbagai faktor yang melatarbelakangi tejadinya hal ini, seperti faktor ekonomi, rendahnya literasi dan pemahaman anak dan orang tua terkait pentingnya pendidikan, faktor sosial budaya dimana masih ada yang beranggapan bahwa anak/Perempuan tak perlu bersekolah ke perguruan tinggi karena hanya akan berkutat di dapur dan menjadi ibu rumah tangga.

Hal serupa juga tergambar berdasarkan data yang di keluarkan oleh BPS, dimana Provinsi Kepulauan Bangka Belitung jika dibandingkan dengan provinsi lainnya, APK perguruan tingginya termasuk yang terendah se-Indonesia. Untuk tahun 2020 sebesar 14,73 persen, tahun 2021 sebesar 15,23 persen, tahun 2022 sebesar 14,85 persen, dan tahun 2023 sebesar 18,19. Rendahnya APK ini memperlihatkan sedikit sekali jumlah siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi, dibandingkan provinsi lain yang memiliki persentase diatas 20 persen.

Beberapa faktor penyebab APK Pendidikan Tinggi di Kepulauan Bangka Belitung telah disurvey oleh BPS yaitu karena pelajar lebih memilih untuk bekerja, merasa Pendidikan SMA/SMK cukup, faktor menikah, tidak adanya biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Rendahnya APK Pendidikan Tinggi di Kepulauan Bangka Belitung ini tentu tidak sejalan dengan konsep Indonesia Sentris dimana pemerataan Pendidikan termasuk Pendidikan tinggi merupakan hal yang penting. Lalu apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi hal ini?

Untuk meningkatkan APK Pendidikan Tinggi ini tentu tak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah daerah saja, namun ini memerlukan sinergi semua pihak. Beberapa Langkah konkret perlu dilakukan seperti melakukan sosialisasi ke desa-desa dan sekolah-sekolah tentang pentingnya Pendidikan tinggi ini. Selain itu juga, pemerintah dan juga perguruan tinggi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung bisa membuat regulasi dan system yang lebih memudahkan, akses informasi yang mudah, akses lapangan pekerjaan yang lebih luas, bahkan menambah kuota beasiswa bagi mahasiswa.

Di samping hal di atas, faktor kurang cakap digital juga menjadi hal yang berpengaruh. Di era yang serba digital saat ini, berbgai informasi tentu dapat dijangkau dengan mudah dan cepat hanya melalui genggaman yakni gadget atau gawai. Cakap digital bisa membuka pemikiran, meningkatkan pengetahuan tentang kualitas pendidikan yang bisa diraih dengan menempuh pendidikan tinggi di berbagai perguruan tinggi. Dengan begitu, minat siswa untuk melanjutkan sekolah ke pendidikan tinggi akan meningkat.

Berbagai poin di atas seharusnya menjadi hal-hal yang bisa dicermati oleh semua pihak untuk meningkatkan kualitas pendidikan guna mencetak generasi yang berkualitas untuk Indonesia pada umumnya, Kepulauan Bangka Belitug pada khususnya. Karena, Indonesia sentris akan dirasakan oleh masyarakat, tak hanya tentang pemerataan pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan, pembangunan infrastruktur, namun juga pemerataan pendidikan yang menjangkau seluruh pelosok Indonesia, terutama pendidikan tinggi. Apalagi Kepulauan Bangka Belitung masih berada pada posisi APK Pendidikan Tinggi yang rendah dibandingkan provinsi lainnya. (rls)