BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Terjadi September-Oktober

Foto: Ilustrasi

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan pada Agustus-September sebagai puncak musim kemarau untuk wilayah Indonesia di selatan garis katulistiwa (ekuator). Diprediksi musim kemarau akan berlangsung hingga Oktober akhir atau awal November.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Mulyono Prabowo mengatakan, sementara itu sebagian wilayah utara ekuator sebetulnya juga masuk musim kemarau namun masih ada potensi hujan.

Bisa dikatakan lebih basah dibanding dengan bagian selatan ekuator. Sedangkan untuk Maluku bagian tengah kondisinya justru masuk bulan basah.

Wilayah utara ekuator yang masih ada peluang hujan seperti Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, Papua bagian barat masih berpotensi terjadi hujan skala ringan hingga sedang. Bahkan beberapa tempat seperti Sumatera bagian utara dan Kalimantan bagian utara intensitas hujan hingga lebat.

“Kondisi saat ini pada kondisi musim kemarau. Angin dominan dari arah tenggara ke barat laut, di selatan ekuator dan dari arah barat daya ke arah timur laut, di utara ekuator bersifat kering,” katanya di Jakarta, Rabu (30/8) seperti dilansir dari laman Beritasatu.

Menurut Mulyono, beberapa hari yang lalu hingga 28 Agustus ada siklon tropis Pakhar di Laut Cina Selatan. Lalu siklon itu masuk ke daratan China dan punah pada 28 Agustus turut pula berpengaruh memperkuat aliran angin di wilayah Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kecepatannya berkisar 25-30 knots atau sekitar 35-50 km/jm dari belahan bumi selatan ke belahan bumi utara.

Mengenai terjadi hujan lebat di beberapa tempat beberapa hari lalu menurutnya, adanya belokan angin di sekitar ekuator dan agak meredanya aliran angin setelah siklon tropis Pakhar punah, khususnya di sekitaran wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa bagian barat, Selat Karimata, memberikan potensi pertumbuhan awan di wilayah Lampung, Selat Sunda, Jawa bagian barat dilanda hujan. Hujan ini bersifat fluktuatif harian, terjadi hujan sehari hingga dua hari, kemudian jeda tidak hujan.

Berdasarkan prakiraan BMKG yang disampaikan bulan Maret lalu, musim kemarau tahun 2017 ini normal dalam artian tidak sekering tahun 2015 dan tidak sebasah tahun 2016.

Selain itu puncak musim kemarau diperkirakan antara Juli, Agustus- September. Sehingga saat berada di bulan puncak musim kemarau.

Secara umum pada musim kemarau maupun puncak musim kemarau, pola bergerakan massa udara dan angin berasal dan datang dari sebelah tenggara (Australia). Secara klimatologis dan normalnya pola tekanan udara di wilayah Australia lebih tinggi dibandingkan di wilayah Asia, kondisi saat di wilayah Australia berkisar 1026 milibar (mb) sedangkan di wilayah Asia berkisar 1002 mb.

Mulyono menambahkan, saat kemarau terjadi, potensi bencana juga perlu diwaspadai seperti kebakaran lahan dan hutan (karhutla) serta kekeringan.

“Antisipasi bencana karhutla di pantai timur Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Aceh bagian selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian selatan dan Papua bagian selatan,” ucapnya.

Sementara itu ancaman kekeringan perlu diwaspadai di Jawa bagian selatan, Jawa bagian timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. (Beritasatu)

Editor: Stefan H. Lopis