Matching Fund Kedaireka Jadikan Desa Sungkap Kampung Ekowisata Aren di Babel

* Tingkatkan Kesejahteraan dan Kemandirian Pangan Berbasis Komoditas Lokal

PANGKALPINANG, LASPELA — Desa Sungkap Kecamatan Simpang Katis, Bangka Tengah (Bateng) akan dijadikan desa ekowisata aren di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dari program Matching Fund Kedaireka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia melalui kegiatan yang berjudul “Pembentukan kampung konservasi aren dan ekowisata di Pulau Bangka untuk kesejahteraan masyarakat dan kemandirian pangan berbasis komoditas lokal”.

Program penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara insan perguruan tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan pihak mitra ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di Babel dan menjadikan aren sebagai alternatif sumber ekonomi sektor pertanian.

Di Babel, program ini digawangi dari pihak kampus (dikti) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Ervizal A.M. Zuhud (AMZU), MS atau Prof AmZu (dosen Manajemen  Kehutanan dan Lingkungan), Prof. Nuri Andarwulan (dosen Ilmu dan Teknologi Pangan), Dr. Kastana Sapanli (dosen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan) dan dari Universitas Djuanda (UNIDA) Rosy Hutami (dosen Teknologi Pangan) lalu dari mitra yang terdiri dari tim Bappeda Pemprov Babel,  didukung Bappeda Bangka Tengah, dan OPD terkait.

Kastana dari IPB menjelaskan MF Kedaireka ekowisata aren ini berawal dari kekhawatiran bagaimana meningkatkan pendapatan masyarakat, di tengah masyarakat yang hanya fokus pada sawit dan lada, sementara ketersediaan lahan pertanian juga semakin menipis. Aren bukanlah tanaman yang asing, tetapi tanaman yang sudah dikenal sejak zaman dulu warisan nenek moyang, hanya saja keberadaannya kini kurang diperhatikan dan tak terawat.

Kegiatan FGD para mitra dalam program Macthing Fund Kedaireka di Bappeda Babel. (Ist)

“Setelah ditelaah kita mengembangkan aren,  tetapi ada dua kendala yang dihadapi, pertama lahan yang sudah tidak subur dan tanaman aren yang banyak alih fungsi, jumlah pohonnya sedikit dan tidak terawat,” ujar Kastana, Selasa (15/8/2023).

Tim, sambungnya melakukan beberapa langkah-langkah untuk membudidaya aren di Babel, mulai dari melakukan pemupukan dengan pupuk organik riset IPB, menyiapkan 1.000 bibit aren dan persemaian aren di desa percontohan Desa Sungkap yang sudah memiliki kebun aren seluas 2 hektar.

Penyerahan sertifikat Nomor Izin Berusaha (NIB) di rumah produksi Pak Zailani. (ist)

“Kita ingin bagaimana aren selain komoditas alternatif, juga sesuai dengan program kerja Pj Gubernur gule kabung, aren juga diharapkan menjadi icon wisata baru, makanya kita dorong Desa Sungkap menjadi desa eko wisata aren atau kampung aren,” tukasnya.

Masyarakat di Desa Sungkap juga sudah diajari persemaian aren yang dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2023 dengan narasumber dari Pemprov Babel Dr. Slamet Wahyudi  (BKPSDMD Babel), lalu cara memupuk aren yang dilakukan bersama tim mahasiswa Fahutan IPB, sosialiasi dan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) bagi petani pengolah gula aren. Nanti akan dilanjutkan proses perawatan, penyadapan dan pengolahan gula aren berkelanjutan beserta turunannya.

“Pemerintah daerah juga mendukung dan mulai melakukan pelatihan di Desa Sungkap itu, kita edukasi masyarakat bahwa ini prospek ke depan bagus, kita bisa olah menjadi kecap dan menjadi oleh-oleh khas Babel nantinya,” ulasnya.

Beberapa waktu lalu lanjut Kastana, Bupati Bangka Tengah (Bateng) Algafri Rahman bersama Bappeda dan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan sudah melakukan peninjauan ke lokasi dan berkomitmen mendukung desa tersebut menjadi desa wisata aren.

Ia menambahkan, selama dua bulan akan ada pendampingan dari mahasiswa Universitas Djuanda. Project ini akan diselesaikan akhir  tahun yang ditutup dengan seminar serta launching desa ekowisata aren.

Kastana menyebutkan, prospek aren cukup menjanjikan, tiga pohon aren menghasilkan Rp200 hingga Rp400 ribu per hari dari olahan air nira yang dijadikan gula kabung atau gula merah.

“Konsumsi aren di Babel juga cukup tinggi bahkan untuk mencukupi kebutuhan impor dari daerah lain, produksi lokal tidak mampu memenuhi pasar, artinya ini potensi yang bisa dikembangkan,” pungkasnya.(*/chu)