Saksi Mata Anggota Satpol-PP Bangka Bantah Ada Pemukulan di ISBA Yogyakarta, Alumni Dukung Proses Hukum

Avatar photo
Anggota Petugas Tindak Internal (PTI) Satpol-PP Bangka, Dodi Julianto saat konferensi pers, di Rumah Dinas Bupati Bangka, Sabtu (20/12/2025

SUNGAILIAT, LASPELA — Anggota Petugas Tindak Internal (PTI) Satpol-PP Bangka sekaligus saksi langsung insiden di Asrama Ikatan Pelajar Mahasiswa Bangka (ISBA) Yogyakarta, Dodi Julianto membantah adanya tindakan pemukulan terhadap Ketua ISBA, Dhaifu.

Bantahan tersebut disampaikan Dodi saat konferensi pers yang digelar di Rumah Dinas Bupati Bangka, Sabtu (20/12/2025).

Dodi menjelaskan, kehadiran Satpol-PP Bangka di asrama ISBA saat itu merupakan bagian dari pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) internal, yakni melakukan sterilisasi sebelum pimpinan datang ke lokasi.

“SOP kami, sebelum pimpinan ke lokasi, kami melakukan sterilisasi terlebih dahulu. Niatnya hanya mengumpulkan mahasiswa di lantai bawah agar saat pimpinan datang situasi sudah steril,” kata Dodi didampingi Sekda Bangka, Thony Marza.

Dikatakannya, petugas mendatangi kamar-kamar asrama dengan cara yang sopan mengucapkan salam dan mengetuk pintu. Proses tersebut berjalan lancar hingga petugas memasuki kamar yang ditempati Ketua ISBA, Dhaifu.

Menurut Dodi, saat memasuki kamar tersebut terdapat tiga mahasiswa yang tidak mengenakan baju dan sedang merokok.

Salah satu diantaranya disebut menunjukkan sikap keberatan terhadap kehadiran petugas dengan menunjukkan etika yang dinilai kurang baik.

“Ada satu orang yang mungkin keberatan dengan keberadaan kita di situ, etikanya kurang dan di situ langsung dengan kasarnya, terus disabarkan oleh Plh Kasatpol-PP Bangka dengan rangkulan sebagaimana mestinya orang tua,” jelasnya.

Dodi memastikan, tidak ada tindakan pemukulan maupun pencekikan dalam peristiwa tersebut.

Ia menyebut, kejadian yang dipersepsikan sebagai kekerasan merupakan dorongan refleks akibat posisi yang terlalu dekat antara Dhaifu dengan Plh Kasatpol-PP Bangka.

“Pada saat itu udah, prosesnya pas mau keluar kamar, nyaut lagi si anak, seolah-olah tidak senang dengan kedatangan kita. Pas balik badan otomatis wajah si anak pas duduk langsung bertepatan dengan posisi Plh Kasat. Jadi reflek di situ ada dorongan, kemudian kejadian itu hampir menginjak laptop, dan kawannya bangun. Mungkin dorongan itu yang mereka anggap itu pemukulan,” bebernya.

Jika benar terjadi pemukulan, kata Dodi, seharusnya mahasiswa lain yang berada di dalam kamar akan bereaksi dan meminta pertolongan.

“Kalau ada pemukulan, pasti teman-temannya langsung bersuara atau minta tolong. Saya pastikan tidak ada pemukulan dan pencekikan, hanya dorongan,” katanya.

Setelah kejadian tersebut, petugas meminta para mahasiswa untuk mengenakan pakaian, melepas rokok, dan berkumpul di lantai bawah sebelum melanjutkan pemeriksaan ke ruangan lain.

Dodi berharap klarifikasi ini dapat meluruskan informasi yang berkembang di masyarakat terkait insiden di Asrama ISBA Yogyakarta.

Proses Hukum

Terpisah, Mantan Ketua ISBA Jogja periode 1994-1996 sekaligus ketua asrama ISBA Jogja periode 1992-1996, Jumli Jamaluddin mengungkapkan keprihatinannya terkait dugaan kekerasan yang terjadi di Asrama ISBA Jogja.

“Masalah tersebut ada baiknya dilanjutkan ke proses hukum agar kedepan tidak terulang lagi hal seperti itu.  Proses hukum juga untuk memberikan kejelasan dan pembelajaran serta adanya efek jera. Mahasiswa dan mahasiswi dari Babel yg menuntut ilmu di luar Babel itu juga merupakan aset daerah sebagai generasi penerus nantinya, maka mesti dijaga, disuport, dilindungi, dibina dengan baik, bukan untuk dimusuhi,” tegas Jumli.

Terkait apa yang terjadi di Asrama ISBA Jogja tersebut, Jumli meminta bupati Bangka  agar bisa bersikap tegas dan bijak dalam menyelesaikan persoalan tersebut dan persoalan lainnya yang terjadi di Asrama ISBA Jogja.

“Semoga ada penyelesaian terbaik untuk masalah ini maupun masalah lainnya yang ada di asrama ISBA Jogja,” imbuh Jumli.(mah)

 

Leave a Reply