Opini  

Harga Sembako Melonjak Jelang Nataru, Perlu Kebijakan Pemerintah Sasar Tiga Horizon

Dr. Reniati SE., M.Si Pengurus Pusat ISEI Bidang III Perumusan Kebijakan Makro Ekonomi dan Keuangan FG Inklusi Keuangan

Avatar photo
Headline Edisi Cetak Media Laskar Pelangi

POLANYA selalu sama jika menjelang nataru permintaan naik cepat, pasokan dan logistik tidak ikut secepat itu, apalagi di wilayah kepulauan. Sehingga memicu harga yang meningkat. Secara teori, Keynes menjelaskan bahwa ketika permintaan naik tajam sementara pasokan relatif tetap, harga cenderung naik (demand-pull inflation). Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), permintaan beras, daging, telur, minyak goreng, gula, dan kebutuhan lain meningkat karena konsumsi rumah tangga dan aktivitas wisata. Beberapa pemicu utamanya antara lain :

Pertama, Lonjakan permintaan musiman rumah tangga menambah stok beras, daging, telur, dan kebutuhan lainnya. Dalam kerangka supply–demand Marshall, kurva permintaan bergeser ke kanan, mendorong kenaikan harga ketika pasokan jangka pendek kaku. Kedua, Keterbatasan dan gangguan pasokan. Pola panen tidak selalu bertepatan dengan momen Nataru. Cuaca ekstrem dan gangguan distribusi (gelombang tinggi, cuaca buruk) membuat distribusi ke wilayah kepulauan seperti Bangka Belitung lebih mahal dan berisiko. Ketiga, Biaya logistik wilayah kepulauan. Biaya transportasi antar-pulau dan ketergantungan pada pasokan luar daerah membuat harga sembako di pulau cenderung lebih mudah naik ketika ada gangguan kecil di rantai pasok. Keempat, Kebijakan dan struktur pasar. Untuk komoditas beras, kebijakan harga pembelian pemerintah dan pengelolaan stok Bulog ikut memengaruhi harga eceran.  Jika pasar dikuasai sedikit pedagang besar, market power mereka bisa memperkuat kenaikan harga saat permintaan tinggi. Kelima, Ekspektasi dan perilaku pelaku pasar.Mengikuti pandangan Akerlof  dan Shiller tentang animal spirits, sebagian pedagang menaikkan harga karena ekspektasi “memang tiap akhir tahun pasti naik”, sehingga ekspektasi itu justru menjadi self-fulfilling. (Awalnya hanya keyakinan, tetapi karena tindakan orang banyak menyesuaikan keyakinan tersebut, situasinya benar-benar terjadi)

Karena itu, kebijakan pemerintah perlu menyasar tiga horizon: jangka pendek, menengah, dan panjang.

Jangka Pendek – pengamanan pasokan dan stabilisasi harga

1.Perkuat koordinasi TPID dan Satgas Pangan. Pantau harga harian, stok, dan distribusi, terutama komoditas yang historis paling volatile (beras, daging ayam, telur, cabai, bawang).

2. Operasi pasar dan penyaluran stok Bulog.

a.Percepat penyaluran beras CBP dan komoditas strategis lain ke pasar tradisional di Bangka Belitung menjelang Nataru.

b.Pastikan stok cukup, lokasi tepat, dan informasi ke masyarakat jelas untuk meredam kepanikan.

c. Fasilitasi kelancaran logistik kepulauan

Diskon tarif angkutan kapal, tambahan trip kapal, dan prioritas bongkar muat untuk komoditas pangan pokok di pelabuhan. Ini penting karena biaya logistik adalah komponen besar harga sembako di daerah kepulauan.

Jangka Menengah – memperkuat ketahanan pangan daerah

1. Mendorong produksi lokal dan kemitraan

Perluasan kerja sama antara petani/peternak lokal dengan UMKM dan ritel di Bangka Belitung untuk mengurangi ketergantungan pasokan luar daerah.

2. Penguatan infrastruktur rantai pasok

Gudang penyimpanan yang layak, cold chain untuk daging dan ikan, serta digitalisasi distribusi pangan.

Jangka Panjang – membangun resiliensi dan tata kelola pangan

1. Perkuat konsep “resilience” sistem pangan harus mampu menyerap guncangan, beradaptasi, dan pulih cepat dari cuaca ekstrem dan gejolak harga.

2. Penguatan data dan transparansi pasar

3. Platform informasi harga real-time untuk masyarakat dan pelaku usaha, agar asimetri informasi berkurang dan peluang spekulasi menyempit.

4.Perlindungan kelompok rentan

Program bantuan pangan, subsidi tepat sasaran, atau voucher pangan kepada rumah tangga miskin ketika harga sembako naik. (*)

Leave a Reply