Suasana Kantor Bupati Bangka tampak semarak sejak Selasa pagi. Mobil pikap datang silih berganti membawa papan karangan bunga ucapan selamat yang disusun rapi di halaman depan kantor.
Ratusan karangan bunga tersebut menjadi simbol sukacita dan harapan baru menyambut pelantikan Fery Insani dan Syahbudin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bangka periode 2025–2030.
Pelantikan dijadwalkan berlangsung Rabu (5/11/2025) pukul 10.00 WIB di Kantor Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan akan dipimpin langsung oleh Gubernur Hidayat Arsani.
Kepemimpinan baru ini memberi alasan kuat untuk berharap. Fery Insani, dengan latar belakang birokrat tulen pernah menjabat dua kali Sekda dan Kepala Bappeda membawa gaya kepemimpinan yang khas rasional, terukur, dan berbasis perencanaan.
Ia lahir dari kultur administrasi pemerintahan, bukan dari panggung retorika politik. Itu sebabnya, publik menanti bagaimana rasionalitas birokrasi akan diterjemahkan menjadi praksis kebijakan yang lebih efektif.
Dalam teori Max Weber, birokrasi yang ideal bukan sekadar mesin administrasi, melainkan sistem rasional-legal yang mengatur agar setiap kebijakan berdasar aturan, data, dan efisiensi.
Bila prinsip itu menjadi roh kepemimpinan Fery–Syahbudin, maka Bangka berpeluang memasuki fase baru: pemerintahan yang lebih terukur dan berorientasi hasil (result-based governance).
Dari Panggung Elite ke Realitas Rakyat
Secara sosiologis, kepemimpinan daerah selalu diuji di ranah paling konkret: bagaimana keputusan di ruang rapat bupati berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Kebijakan pembangunan yang baik bukan hanya mengandalkan visi, tetapi kemampuan membaca realitas sosial bagaimana masyarakat Bangka hari ini bergulat dengan persoalan ekonomi, lapangan kerja, dan daya saing sumber daya manusia.
Kepemimpinan Fery–Syahbudin diharapkan menjadi jembatan antara rasionalitas teknokratis dan kebutuhan riil masyarakat, bukan sekadar slogan pembangunan.
Seperti kata Emile Durkheim, “pemerintah yang baik adalah yang mampu menjaga kohesi sosial di tengah perubahan.” Maka, konsistensi dalam membangun sinergi dengan masyarakat menjadi kunci.
Refleksi Filosofis: Kepemimpinan sebagai Amanah dan Jalan Etis
Dalam dimensi filosofis, jabatan kepala daerah bukanlah simbol kekuasaan, melainkan amanah etis untuk menegakkan kebaikan publik (common good). Aristoteles pernah menulis bahwa politik sejati adalah upaya mencapai kebaikan bersama, bukan kebaikan pribadi.
Dengan demikian, tantangan sesungguhnya bagi setiap kepala daerah bukan pada janji kampanye, tetapi pada kemampuan menjaga integritas moral dalam praktik kekuasaan.
Penutup dan Ucapan Selamat
Sebagai bagian dari masyarakat dan dunia akademik, kami menyampaikan selamat kepada Bupati dan Wakil Bupati Bangka, Fery Insani dan Syahbudin, atas amanah baru yang dipercayakan rakyat.
Semoga kepemimpinan ini membawa Bangka menjadi daerah yang lebih maju, berdaya saing, dan berkeadilan sosial, dengan semangat pelayanan publik yang rasional, empatik, dan berintegritas.
Selamat menjalankan tugas — semoga sukses, berdaya, dan memberi makna bagi seluruh masyarakat Bangka.(*)







Leave a Reply