PANGKALPINANG, LASPELA – Sektor perikanan dinilai memiliki potensi besar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Kepulauan Bangka Belitung (Babel). Melalui ajang Babel Economic Forum (BEF) 2025, Bank Indonesia (BI) Babel menegaskan komitmennya mempercepat hilirisasi sektor ini sebagai motor utama ekonomi biru yang berkelanjutan.
Kepala Perwakilan BI Babel, Rommy S Tamawiwy, menyampaikan optimismenya terhadap prospek ekonomi Babel yang mulai menunjukkan arah pemulihan positif.
“Di tahun 2025, perekonomian kita bergerak maju, inflasi terjaga sangat baik yaitu 1,82% yang merupakan tujuh besar terendah di Indonesia, dan saya sangat bersyukur, sinerginya luar biasa,” ujar Rommy saat membuka BEF 2025 di Pangkalpinang, Rabu (29/10/2025).
Perekonomian Babel pada triwulan II 2025 tumbuh 4,09 persen (yoy), melanjutkan tren positif dari triwulan sebelumnya. Inflasi juga tetap terjaga di level rendah 1,82 persen (yoy), jauh di bawah rata-rata nasional 2,65 persen.
“Inflasi Babel relatif terkendali, meski masih dipengaruhi harga pangan bergejolak seperti cabai, bawang, ayam ras, dan beras. Untuk itu, kami terus memperkuat sinergi TPID melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” jelas Rommy.
Kinerja perbankan pun ikut menopang. Penyaluran kredit tumbuh 3,12 persen, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 7,05 persen. Rasio kredit bermasalah masih aman di level 3,43 persen.
BI juga mencatat pertumbuhan pesat transaksi digital. Pemanfaatan QRIS semakin meluas di masyarakat, mempercepat transformasi keuangan digital di sektor UMKM.
Rommy menegaskan bahwa masa depan ekonomi Babel akan banyak ditentukan oleh sektor kelautan dan perikanan. Berdasarkan data BPS, subsektor perikanan berkontribusi 7,45 persen terhadap PDRB Babel pada 2024, dan menjadi komoditas ekspor terbesar ketiga setelah timah dan sawit.
“Bangka Belitung tidak hanya berkisah tentang timah, tetapi juga tentang laut dan perikanan. Ekonomi biru adalah masa depan Serumpun Sebalai,” tegasnya.
Namun, Rommy mengingatkan masih ada tantangan besar dalam hilirisasi perikanan, mulai dari keterbatasan faktor produksi, regulasi, hingga akses pembiayaan.
Untuk memperkuat rantai nilai perikanan, BI Babel mendorong sinergi lintas sektor — pemerintah daerah, pelaku usaha, lembaga keuangan, hingga masyarakat pesisir.
“Strategi komprehensif perlu dilakukan, mulai dari korporatisasi nelayan, pembiayaan produktif, hingga dukungan bagi UMKM agar sektor perikanan benar-benar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan,” ujar Rommy.
“Dengan strategi yang tepat, ekonomi biru dapat menjadi tulang punggung ekonomi baru Bangka Belitung yang berdaya saing dan berkelanjutan,” tutupnya.







Leave a Reply