PANGKALPINANG, LASPELA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) pada September 2025 mencapai 0,46 persen (month-to-month). Angka ini berbalik arah dari deflasi 0,46 persen pada Agustus, namun tetap terkendali dengan inflasi tahunan hanya 1,82 persen (year-on-year) — jauh di bawah rata-rata nasional yang mencapai 2,65 persen.
Kenaikan harga bulan lalu terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang meningkat 1,14 persen (mtm), dipicu oleh naiknya harga daging ayam ras, cabai merah, dan kangkung. Meski demikian, kelompok transportasi yang turun 0,16 persen (mtm) membantu menahan laju inflasi lebih tinggi.
Secara spasial, seluruh kabupaten/kota di Babel mengalami inflasi tahunan, dengan Bangka Barat tertinggi 2,30 persen, diikuti Belitung Timur 2,10 persen, Kota Pangkalpinang 1,75 persen, dan Tanjungpandan terendah 0,94 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Babel, Rommy S. Tamawiwy, menilai kinerja inflasi tersebut menunjukkan efektivitas koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan TPID.
“Kami terus menjaga inflasi dalam kisaran target nasional 2,5±1 persen. Kolaborasi lintas lembaga menjadi kunci agar stabilitas harga tetap terjaga, terutama menjelang akhir tahun,” ujarnya, Jumat (4/10).
Menurut Rommy, berbagai langkah pengendalian telah dilakukan, mulai dari operasi pasar, sidak distributor, gerakan pangan murah, hingga penguatan pasokan lokal. Ia menekankan pentingnya pengendalian inflasi untuk melindungi daya beli masyarakat di tengah dinamika harga pangan global.
“Inflasi yang terkendali artinya daya beli masyarakat tetap kuat, dan ini pondasi penting untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya. (chu/*)
Leave a Reply