Ekonomi Melambat Daya Beli Melemah Omzet Kian Merosot

Avatar photo
Pasar Tradisional Mentok, Bangka Barat terpantau sepi pembeli sejak beberapa pekan terakhir. Penurunan daya beli ini dipicu melemahnya ekonomi masyarakat.

MENTOK, LASPELA — Pasar yang biasanya ramai kini terasa lebih lengang. Pedagang mengeluh omzet menurun, sementara masyarakat semakin berhitung sebelum mengeluarkan uang. Fenomena ini bukan sekadar cerita di warung atau pusat belanja, melainkan cermin nyata melemahnya daya beli masyarakat di tengah ekonomi yang melambat.

Di lapak sayurnya yang sempit, Een (56), pedagang cabai di Pasar Tradisional Mentok, hanya bisa menatap tumpukan dagangan yang tak kunjung berkurang.

“Daya beli menurun, sementara barang-barang naik. Penyebabnya enggak tahu pasti, tapi kayaknya uang tidak berputar. Kalau masyarakat ada duit pasti beli, kalau enggak ada ya enggak bisa beli,” ujar Een lirih saat ditemui di Pasar Tradisional Mentok, Selasa (30/9/2025) pagi.

Cerita Een hanyalah satu dari banyak suara pedagang yang merasakan langsung turunnya daya beli masyarakat di Kabupaten Bangka Barat. Selama sebulan terakhir, pasar yang biasanya ramai kini kian sepi. Pembeli lebih berhati-hati mengeluarkan uang, sementara harga kebutuhan pokok terus berfluktuasi.

Baca Juga  PT Timah Tbk Dukung Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah di SMAN 1 Damar Belitung Timur

Ia menyebut harga cabai rawit saat ini tembus Rp70 ribu per kilogram, naik dari sebelumnya Rp65 ribu. Cabai keriting dijual Rp60 ribu, sementara bawang merah justru turun dari Rp50 ribu menjadi Rp40 ribu. Untuk bawang putih, harganya masih stabil di angka Rp30 ribu per kilogram.

“Omset ngedrop sampai 50 persen. Biasanya saya bawa cabai 10 kilogram per hari, sekarang paling cuma 3 kilogram aja, itu pun belum tentu habis,” ujarnya.

Pedagang lain, Iyan (41), juga merasakan hal serupa. Menurutnya, meski harga bahan pokok tidak terlalu melonjak, penjualan tetap menurun.

Baca Juga  Cegah Stunting Sejak Dini, PT Timah Hadirkan Program Kemunting untuk Ibu dan Anak

“Kadang-kadang stabil, kadang merosot. Untuk minggu ini terasa banget penurunannya,” katanya.

Ia menyebut ada hari ketika ia  bisa menjual bawang belasan kilogram, tapi di hari lain hanya laku tujuh kilogram.

Fenomena ini menjadi potret nyata bagaimana ekonomi yang lesu berimbas langsung pada keseharian masyarakat. Daya beli yang melemah tak hanya membuat pedagang kecil harus mengurangi stok, tapi juga menekan perputaran uang di tingkat lokal.

Penurunan daya beli dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok, pendapatan rumah tangga yang stagnan, hingga ketidakpastian ekonomi global yang ikut memengaruhi pasar domestik. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan hanya pedagang yang merasakan, tetapi juga roda ekonomi daerah bisa semakin melambat. (oka)

Leave a Reply