Opini  

Bupati Baru? Atau Baru Bupati?

Oleh: Heru Sudrajat (Wartawan Senior)

Avatar photo

JUDUL pada tulisan ini, tidak ada sangkut paut dengan siapapun calon bupati dan wakil bupati yang bakal terpilih pada pemilihan kepala daerah ulang Bangka 2025, nanti. Tidak ada juga pesan sponsor dari partai manapun untuk memenangkan dengan salah satu pasangan calon yang diusung.

Tulisan ini sekedar hiburan, agar tidak begitu serius dan tegang dalam menghadapi pencoblosan? Apanya dicoblos Mas Bro? Kertas suara! Oh begitu ya? Terus siapa yang tegang? Ya, pihak penyelenggara atau mungkin calon. Bahkan merembet aparat keamananan? Bisa juga, dikhawatirkan masyarakat? Nah, itu! Tapi kalau masyarakat sepertinya adem ayem, masa bodoh? Waduh! Berpikir positif saja? Bahwa semua akan berjalan lancar sesuai dengan mekanisme yang ada? Kalau tegang ada salurannya untuk mencairkan? Boleh juga? Kok jadi ngelantur bicaranya?

Tidak ada ngelantur? Kita percaya para pasangan calon yang maju pada pilkada, adalah putera-putera terbaik daerah ini, yang sudah siap luar dalam? Siap menang? Siap kalah? Sebentar Mas Bro! Penulis tidak yakin ada yang siap kalah? Loh kok bisa begitu? Sudahlah kita sama-sama tahu. Bahwa kekalahan itu sangat menyakitkan luar dalam? Kenapa tahu sakit, ngotot nyalon? Lah namanya juga coba-coba mencari keuntungan nasib?

Namun demikian, seyogyanya harus ngukur diri sendiri. Berdiri didepan cermin, lalu bergumam, pantaskah nyalon bupati atau wakil bupati? Namun ingat kalau buruk muka, cermin jangan dipecah? Loh kok begitu? Cerminnya enak dijual, jadi duit? Terus kalau buruk cermin, muka jangan dijual? Loh..mereka itu, kan menjual muka ke rakyat? Minta-minta agar rakyat memilihnya? Coba lihat baleho-baleho yang terpasang dengan gaya dan iming-iming kalimat yang sungguh menawan. Membawa perubahan daerah ini kedepan lebik baik dan rakyatnya sejahtera. Plus kalau nanti terpilih, makan geratis? Iya.. ya! Yo..uwis aku ora ngerti! Monggo!

Baca Juga  Nasib Paslon Pilkada Ulang Kota Pangkalpinang dan Bangka Ditentukan 411.598 Pemilih

Maaf Mas Bro, kita ini harus memilih yang mana? Waduh! Itu urusan masing-masing individu? Tidak boleh intervensi?
Silahkan pilih sesuai suara hati masing-masing dan pilihannya bisa membawa daerah ini kedepannya lebih baik lagi kedepannya? Kalau tidak memilih bagaimana? Wait.. Jangan seperti itu? Kita semua harus mendukung suksesnya pemilihan kepala daerah. Siap komandan! Ingat ya, jangan Golput?

Tapi, kalau misalnya ada yang memberi dalam serangan fajar, serangan kumpul KTP, serangan angpao? Ambil saja! Namun tetap datang ke TPS mencoblos, sesuai dengan pilihannya?

Kita harus memilih calon dengan ketulusan hati, tanpa ada tekanan, paksaan. Sesuatu kalau ditekan dan dipaksa akhirnya tidak enak juga. Salah! Ada yang enak juga dipaksa? Sudahlah, kita bicara pada pokok persoalannya saja. Memilih pemimpin yang layak memimpin Kabupaten Bangka? Dalam arti pemimpin yang kepemimpinannya mampu merangkul, mempengaruhi bawahannya nyambung dengan tujuan bersama mencapai titik keberhasilan membangun daerah ini. Sedang pemimpin itu orang yang memimpin dan belum tentu bisa memimpin. Belum tentu bisa nyambung dengan bawahannya? Begitu ya Mas Bro? Yes! Ya.. ampun! pakai bahasa Inggris pule! Bahasa kampung saja. Siap brother!

Baca Juga  KPU Bangka Sebut Distribusi C-6 ke Warga Hampir Tuntas, Imbau Warga yang Belum Terima Hubungi PPS

Ironisnya ketika calon sudah menang, dilantik menjabat
bupati dan wakil bupati, kadang ditengah perjalanan bupati dan wakil bupati berseberangan. Bahkan baru berjalan beberapa bulan pun sudah tidak seirama? Hayo.. siapa yang salah? Masyarakat pemilih atau calon yang dijagokan, atau partai pengusung, pendukung? Harap maklum namanya ‘Bupati Baru’ semua masih meraba-raba dan mencari pola kerja serta adaptasi dengan bawahannya.

Tentunya beda dengan ini, ‘Baru Bupati’ Dimana tahu dengan yang akan dikerjakan, nyambung dengan bawahannya serta mengerti keinginan masyarakat. Nah, Kira-kira ada tidak pemikiran dari 5 pasangan calon bupati dan wakil bupati pada pilkada ulang Bangka 2025 ini? Jawabnya tergantung pada kejernihannya hati para pemilih, tanpa dilandasi dengan intimidasi?
Nah, intimidasi ini yang perlu di garis bawahi. Ada apa dengan itu? Kita takutkan kata intimidasi, terpeleset dan huruf D bergeser berpindah diawal kalimat, jadi (Diintimi-asi) Wah.. kalau itu, kita menyerah. Ngawur itu namanya Mas Bro! Semoga tidak demikian dan semoga juga pelaksanaan pilkada aman, lancar serta sukses. Semoga. (*)

Leave a Reply