PANGKALPINANG, LASPELA – Dalam debat terbuka calon Wali Kota Pangkalpinang yang digelar Jumat (8/8/2025), calon wali kota Basit menyampaikan pandangan kritis dan mendalam terkait tingginya angka pengangguran dan tantangan yang dihadapi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Pangkalpinang.
Data pertumbuhan ekonomi Kota Pangkalpinang tahun 2023 yang mencapai 5,32% dinilai belum mampu menjawab persoalan struktural di lapangan, terutama terkait angka pengangguran terbuka yang masih berada di angka 5,78%. Dalam sesi tanya-jawab panelis, Basit menyampaikan bahwa tingginya investasi dan pertumbuhan industri belum secara otomatis berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja lokal.
“Yang bekerja banyak justru dari luar daerah. Walaupun investasi kita tinggi dan industri tumbuh, tapi pengangguran kita tetap tinggi,” ujar Basit tegas, Jumat (8/8/2025).
Basit menyoroti bahwa salah satu akar persoalan adalah mismatch (ketidaksesuaian) antara dunia pendidikan dan kebutuhan dunia industri. Ia menilai bahwa banyak lulusan, baik dari SMK maupun perguruan tinggi, yang belum memiliki keterampilan sesuai dengan standar dan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang.
“Kita menghadapi masalah serius: pendidikan kita menghasilkan lulusan, tapi tidak langsung bisa diserap industri karena ilmunya tidak sesuai kebutuhan. Maka sangat penting meningkatkan skill, kompetensi, dan keterampilan—agar ketika anak-anak kita lulus, mereka bisa langsung masuk ke dunia kerja,” lanjutnya.
Dalam debat tersebut, Basit juga menyinggung realitas pertumbuhan UMKM yang selama ini sering dianggap sebagai indikator keberhasilan ekonomi. Namun, menurutnya, lonjakan jumlah UMKM di Pangkalpinang yang disebut mencapai 23.000 UMKM perlu dilihat secara kritis.
Ia menilai bahwa pertumbuhan ini bukan sepenuhnya karena kondisi ekonomi yang kondusif, melainkan karena banyaknya masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan terpaksa membuka usaha sendiri.
“UMKM tumbuh bukan karena geliat ekonomi sehat, tapi karena orang di-PHK, tidak dapat pekerjaan, dan akhirnya berjualan karena tidak ada pilihan lain. Inilah yang membuat jumlah UMKM naik drastis. Ini bukan pertumbuhan ekonomi yang ideal, tapi pertumbuhan karena tekanan,” jelas Basit.
Menjawab tantangan tersebut, Basit menekankan bahwa ekonomi lokal yang sehat harus dibangun di atas fondasi pemberdayaan manusia, terutama generasi muda, dan dukungan nyata terhadap UMKM. Ia berjanji akan mendorong program peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal melalui pelatihan vokasi yang terintegrasi dengan dunia industri.
Selain itu, Basit juga menyoroti pentingnya digitalisasi UMKM agar pelaku usaha lokal bisa naik kelas, memperluas pasar, dan meningkatkan daya saing. Baginya, transformasi digital bukan pilihan, tetapi kebutuhan mendesak.
“Kita tidak bisa membiarkan UMKM jalan sendiri. Mereka harus didampingi, diberi akses terhadap teknologi, pasar digital, serta pendampingan agar benar-benar tumbuh dan menyerap tenaga kerja, bukan sekadar bertahan,” ujarnya.
Basit menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harus inklusif dan merata, serta benar-benar dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga Pangkalpinang.
“Kita tidak ingin hanya angka yang tumbuh. Kita ingin masyarakat yang sejahtera. Ekonomi yang berpihak, yang adil, dan yang memberdayakan,” pungkasnya. (dnd)
Leave a Reply