Tekan Penyebaran HIV/AIDS, Pemkab Basel Minta Masyarakat Beresiko Tinggi Ikut Program VCT

Avatar photo
Penulis: Nopranda PutraEditor: Admin Laspela
Kepala DKPPKB Basel, dr. Agus Pranawa

TOBOALI, LASPELA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangka Selatan (Basel) melalui Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Bangka Selatan (Basel) mengajak masyarakat untuk ikutserta dalam program Voluntary Counseling and Testing (VCT).

“Program ini guna mendeteksi penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maupun penyakit infeksi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), khususnya bagi masyarakat berisiko tinggi diwajibkan menjalani VCT guna memperluas jumlah cakupan dari peserta program,” kata Kepala DKPPKB Basel, dr. Agus Pranawa, Kamis (17/7/2025).

Agus menjelaskan, pemerintah daerah menyediakan layanan pemeriksaan HIV-AIDS dan infeksi menular seksual secara gratis di sepuluh puskesmas dan dua rumah sakit. Layanan ini merupakan komitmen pemerintah untuk menekan risiko penularan HIV-AIDS.

“Mengingat kasus HIV hingga kini DKPPKB Basel mencatat sebanyak 52 kasus dengan enam kasus terbaru 2025 di Basel. Kasus HIV yang terdata saat ini bisa diibaratkan seperti fenomena gunung es sebagai metafora,” jelasnya.

“Artinya, kasus HIV terdata sampai kini belum menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terkait penderitanya. Kondisi sekarang ini hanya menggambarkan situasi dimana hanya sebagian kecil kasus HIV yang terdeteksi di Basel. Sementara sebagian besar kasus yang HIV tetap tersembunyi atau tidak terdeteksi kemungkinan masih ada,” lanjut Agus.

Baca Juga  Periode Januari Sampai Juni 2025 Ada Peningkatan 6 Kasus HIV Aids di Bangka Selatan

Ia menyebut, pihaknya selalu rutin melakukan skrining atau pengecekan kesehatan terhadap kelompok risiko tinggi, dimulai ibu hamil sampai wanita pekerja seks (WPS) di tempat lokalisasi secara sering kali berpindah-pindah tempat maupun pengguna narkotika suntik.

“Akan tetapi yang masih menjadi kendala kami sampai saat ini. Sebab tes HIV kepada kelompok LGBT dikarenakan komunitas ini bersifat tertutup sehingga belum bisa diawasi secara ketat. Sehingga diluar sana masih banyak masyarakat berisiko tinggi terinfeksi HIV yang tidak melakukan pemeriksaan. Ini menjadi kendala kita dilapangan,” sebutnya.

Ia mengatakan, tes VCT ini bersifat sukarela dan rahasia, serta memberikan informasi yang jelas tentang manfaat VCT dalam pencegahan dan juga penanganan HIV-AIDS. Sosialisasi dan penyuluhan yang informatif dan mudah dipahami juga dapat membantu mengurangi stigma dan ketakutan terkait tes HIV. Lewat VCT adalah langkah bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga  Periode Januari Sampai Juni 2025 Ada Peningkatan 6 Kasus HIV Aids di Bangka Selatan

“Bahkan HIV bisa menular dari ibu ke anak, baik selama kehamilan, persalinan, maupun saat menyusui. Dengan pengobatan dan juga penanganan yang tepat pada ibu hamil, risiko penularan dapat diturunkan secara signifikan, maka dari itu, sangat perlu diingat bahwa pelaksanaan VCT harus dilakukan dengan menjaga kerahasiaan dan privasi terhadap individu. Jadi, tidak menutup kemungkinan masyarakat yang ingin memeriksakan diri di fasilitas kesehatan juga bisa,” ungkapnya.

Agus berharap masyarakat akan semakin memahami pentingnya VCT dan berani untuk memeriksakan diri, yang pada akhirnya akan membantu dalam upaya pencegahan dan penanganan HIV-AIDS di tengah masyarakat.

“Dengan begitu kasus HIV atau AIDS tidak terus bertambah setiap tahunnya. Mengingat setiap fasilitas kesehatan sudah berupaya optimal dalam menekan kasus HIV lewat kegiatan promotif dan preventif. Targetnya adalah penyakit HIV ini tidak bertambah setiap tahunnya. Tentunya ini masih menjadi pekerjaan rumah berat bagi kita,” harapnya. (Pra)

Leave a Reply