ADA luka yang tak bersuara,
mengendap dalam sunyi jiwa,
trauma yang tumbuh diam-diam,
seperti hujan yang turun tanpa mendung.
Pernah, aku berjalan dengan bayang,
takut menyapa pagi,
tak berani menatap cermin,
sebab di sana ada aku yang retak.
Namun waktu,
meski perlahan dan kadang tertatih,
menyentuh luka dengan kelembutan
yang hanya dimiliki oleh harapan.
Dari serpih air mata,
asa tumbuh seperti bunga liar di padang sepi,
menyodorkan warna bagi hati yang hampir menyerah,
mengajarkanku bahwa luka tak selalu tinggal luka.
Kini, aku belajar berdamai,
bukan melupakan,
tetapi menerima bahwa gelap pun
adalah bagian dari perjalanan menuju cahaya.
“Selangkah Lagi”
Berjalanlah, meski peluh jatuh,
meski langkahmu goyah di tanah rapuh.
Karena dalam setiap letih,
ada makna yang sedang kau tulis untuk esok hari.
Jangan gentar oleh badai,
sebab yang besar bukan hanya ujian,
tetapi juga tekad yang tak kau biarkan padam.
Langit memang tak selalu cerah,
namun matahari tak pernah lupa pulang.
Begitu pula harapan—
ia akan datang,
bila kau tak berhenti memanggilnya dengan usaha.
Berjuanglah,
bukan untuk sempurna,
tetapi agar hatimu tahu:
kau tidak menyerah.
Dan ketika waktunya tiba,
kau akan mengerti,
bahwa semua luka, letih, dan air mata
adalah batu pijakan menuju cahaya.
☘️☘️☘️
Leave a Reply