PANGKALPINANG, LASPELA – Belakangan ini, masyarakat di Bangka Belitung mulai merasakan suhu udara yang lebih dingin, terutama pada pagi dan malam hari, bahkan pada siang hari pun terasa dingin karena beberapa hari terakhir cuaca mendung dan gerimis. Sebagian warganet bahkan mengaitkannya dengan fenomena aphelion—saat Bumi berada di titik terjauh dari Matahari.
Namun, BMKG menegaskan bahwa cuaca dingin tersebut bukan disebabkan oleh aphelion.
Ketua Tim Kerja Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Depati Amir Pangkalpinang, Slamet Supriyadi, menjelaskan bahwa suhu dingin saat ini lebih disebabkan oleh faktor-faktor atmosferik yang umum terjadi di musim kemarau, bukan disebabkan jarak bumi ke matahari.
“Fenomena Aphelion memang benar terjadi sekitar awal Juli setiap tahun, namun tidak berdampak signifikan terhadap penurunan suhu. Suhu udara yang lebih dingin saat ini lebih dipengaruhi oleh dominasi angin timuran dari Australia (monsoon Australia) yang bersifat kering dan dingin,” ujar Slamet, Rabu (10/7/2025).
BMKG dalam unggahan edukatifnya turut memperkuat penjelasan tersebut. Ada tiga faktor utama penyebab cuaca dingin saat ini, yakni:
1. Memasuki musim kemarau yang ditandai dengan tiupan angin timuran dari Australia, yang bersifat kering dan dingin.
2. Langit cerah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari.
3. Hujan yang masih terjadi di beberapa wilayah membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan, yang kemudian menahan panas matahari.
Menurut Slamet, masyarakat tidak perlu panik atau terpengaruh oleh informasi simpang siur di media sosial. “Kondisi ini normal terjadi di musim kemarau. Suhu dingin yang terasa terutama di pagi hari merupakan fenomena musiman, bukan karena Bumi menjauh dari Matahari,” jelasnya.
Cek Fakta Sebelum Sebar Informasi
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tidak langsung mempercayai informasi yang viral, terutama jika tidak mencantumkan sumber resmi. Masyarakat disarankan memantau informasi melalui situs resmi www.bmkg.go.id, media sosial @infobmkg, atau aplikasi InfoBMKG.
“Pastikan informasi cuaca yang Anda terima telah terverifikasi. Jangan sampai ikut menyebarkan kabar yang menyesatkan,” tambah Slamet.
Tetap Tenang dan Waspada
BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang, tetapi juga waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di musim kemarau ini, seperti suhu dingin, hujan lokal, angin kencang, hingga gelombang tinggi. Masyarakat diimbau untuk memahami langkah evakuasi jika diperlukan, terutama bagi yang tinggal di wilayah pesisir.
Apa Itu Aphelion?
Aphelion adalah titik terjauh dalam orbit bumi terhadap matahari. Dalam setahun, bumi mengelilingi matahari dalam lintasan elips (oval), bukan lingkaran sempurna. Karena itu, ada saat ketika bumi berada paling dekat (perihelion) dan saat paling jauh (aphelion) dari matahari.
Setiap bulan Juli, bumi mengalami fenomena alam bernama aphelion, yakni saat posisi bumi berada paling jauh dari matahari dalam lintasan orbitnya. Tahun ini, aphelion terjadi sekitar awal Juli 2025, di mana jarak bumi dan matahari mencapai sekitar 152 juta kilometer — lebih jauh sekitar 5 juta km dibanding saat perihelion (posisi terdekat) yang terjadi Januari lalu.
Meski terdengar mencengangkan, banyak orang salah kaprah mengira bahwa aphelion membuat cuaca otomatis menjadi lebih dingin. Padahal, menurut para ahli, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Fakta menariknya, saat aphelion berlangsung, negara-negara di Belahan Bumi Utara justru sedang mengalami musim panas, termasuk kawasan Eropa dan Amerika Utara. Sementara itu, di Indonesia yang berada di wilayah tropis, aphelion tidak berdampak langsung terhadap suhu maupun cuaca.
Namun, sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera dan Jawa, mungkin merasakan udara pagi yang lebih sejuk di bulan Juli. Hal itu bukan karena aphelion, melainkan akibat musim kemarau dan bertiupnya angin monsun timur yang membawa udara kering dan dingin dari Australia. (*/rul)
Leave a Reply