Desa Namang, Bintang Baru Desa Berketahanan Pangan dan Iklim di Indonesia Punya Segudang Potensi

Kepala Desa Namang, Zaiwan, saat berbagi inspirasi potensi desa pada forum nasional.

NAMANG, LASPELA – Jangan remehkan Desa Namang di Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah. Desa ini bukan sekadar desa biasa—tapi desa yang mampu menyulap potensi alam dan kearifan lokal menjadi kekuatan pangan, iklim, hingga ekonomi kreatif. Tak heran, Namang kini dilirik nasional bahkan internasional sebagai desa percontohan!

Hamparan sawah seluas 60 hektare jadi salah satu andalan, menghasilkan beras putih dan merah yang menyehatkan. Di sisi lain, Desa Namang juga punya “harta karun” yang tak dimiliki desa lain—Hutan Pelawan, satu-satunya di Indonesia. Dari sinilah lahir Madu Pahit Pelawan, produk eksklusif yang tidak hanya dikagumi di dalam negeri, tapi juga sudah merambah pasar luar negeri lewat 18 outlet dan penjualan online di berbagai marketplace.

Tak hanya madu, Hutan Pelawan juga menghadirkan jamur pelawan, yang oleh IPB dan Kementerian Kehutanan disebut sebagai jamur termahal di Indonesia—dihargai hingga Rp5 juta per kilogram! Uniknya, jamur ini hanya tumbuh musiman dan tidak bisa dibudidayakan sembarangan.

Berbekal potensi luar biasa itu, Desa Namang resmi menyisihkan lebih dari 75 ribu desa di Indonesia dan dinobatkan sebagai perwakilan Indonesia dalam ASEAN Village Network (AVN) pada kategori One Village One Product (OVOP). Produk unggulan yang diusung? Tentu saja madu pelawan dan lada khas Bangka!

Tak berhenti di situ, berbagai penghargaan nasional pun telah mampir. Mulai dari Wana Lestari (2010), Adi Karya Pangan Nusantara (2013), Paramakarya (2017) hingga gelar Desa Mandiri dan Desa Wisata di 2023.

“Selain menghasilkan madu pahit pelawan, Desa Namang juga menghasilkan jamur atau kulat pelawan, yang mana menurut IPB atau Kementerian Kehutanan merupakan jamur termahal yang ada di Indonesia dijual dengan harga 4-5 juta per kilogram,” ujar Zaiwan, Kepala Desa Namang, Senin (23/6/2025).

Belum lama ini, Desa Namang juga mencetak prestasi lagi, masuk dalam 4 besar nasional sebagai Desa Berketahanan Pangan dan Iklim dalam Program P3PD dari Kementerian Desa RI.

Baca Juga  Kepala Daerah Kumpul di Jatinangor! Gubernur Babel  Siap Laksanakan Misi Presiden

“Alhamdulillah, dengan adanya Desa Namang ditunjuk Kementerian Desa sebagai percontohan Desa Praktik Baik, Berketahanan Pangan dan Iklim, dari minggu kemarin, saya juga sudah diminta jadi narasumber untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Jakarta,” kata Zaiwan dengan rasa syukur.

Tak hanya jadi narasumber di berbagai forum nasional, Zaiwan juga membawa nama baik Bangka Belitung di kancah internasional. Ia menyebut para peserta dari berbagai daerah hingga negara takjub dengan keunikan hutan pelawan dan madu pahit Namang, yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.

“Kalau sawah, sapi, ikan, dan sayur, rata-rata seluruh desa ada, tapi Namang punya hutan madunya, yang menjadikan Namang terpilih dari sekian ribu desa di Indonesia,” jelasnya.

Di luar bidang pangan dan lingkungan, Desa Namang juga aktif menjaga budaya dan wisata lokal. Mereka mengembangkan wisata makan bedulang, wisata malam mentilin, hingga wisata musong madu, di mana pengunjung bisa ikut panen madu hutan langsung bersama petani lokal.

“Kami juga siapkan homestay di kawasan Hutan Pelawan, jadi pengunjung bisa menginap sambil menikmati suasana hutan malam dan keanekaragaman hayati khas Bangka,” tambahnya.

Zaiwan juga menyebut, semua potensi ini tak lepas dari peran aktif BumDes yang menaungi berbagai kelompok usaha mulai dari ternak, pertanian, UMKM, hingga wisata. Bahkan, salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Desa) berasal dari ternak sapi milik desa yang dikelola sistematis—setiap anak sapi yang lahir akan ‘dibayar’ ke desa dan digulirkan ke kelompok lain.

“Alhamdulillah seluruh usaha-usaha tersebut salah satunya di unit usahanya ada di BumDes yang memiliki belasan kelompok mulai dari kelompok ternak, Pokdarwis, tani hutan, UMKM, kelompok sawah, kelompok buah-buahan dan sebagainya, yang di bawah mitra dari BumDes sendiri,” tuturnya.

Zaiwan menambahkan, untuk sumber PAD Desa Namang sendiri memiliki ruko desa, yang mana disewakan langsung oleh UMKM, ada ketahanan pangan yakni sapi dimiliki Desa sama BumDes.

Baca Juga  300 Peserta Meriahkan Car Free Day "Polri untuk Masyarakat" di Bangka Selatan

“Sumber PAD kita dari ternak sapi sekitar 60 yang dimiliki desa, BumDes, masyarakat. Kita melibatkan kelompok atau masyarakat sekitar. Jadi setiap ada anak sapi yang melahirkan masyarakat atau kelompok harus membayar ke Desa Rp1 juta. Dan untuk induk sapi nya nanti langsung di gulir kepada kelompok lain. Jadi masing-masing kelompok memiliki jatah 2 anak sapi,” ujarnya.

“Dan sumber PAD kita juga dari sawah desa, wisata yang dikelola oleh Pokdarwis yang mana bagi hasil dengan BumDes, dan masih banyak lagi potensi unggulan yang bisa menjadi sumber PAD kita,” lanjutnya.

Lanjut Zaiwan, untuk potensi unggulan kedepan Desa Namang akan lebih menggenjot lagi Berketahanan Pangan dan Iklim dengan lebih memperbanyak kelompok-kelompok usaha madu, kelompok ketahanan pangan, di bidang peternakan dan pertanian. Dengan tujuan untuk menunjang pariwisata di Desa Namang ini.

“Kami tak pernah bosan mengajak masyarakat untuk beralih ke bidang peternakan, pertanian, pariwisata  meski masih ada masyarakat yang masih nambang, cuma hampir sekitar 60 persen masyarakat kita sudah meninggalkan pertambangan, dan mereka saat ini sudah menikmati hasil hutan pelawan, dari sawah, pariwisata, peternakan, pertanian. Dan sampai sejauh ini Desa Namang sudah dikunjungi 80 negara dari luar negeri. Dan baru-baru ini juga kita di kunjungi Kades se-Babel yang ingin belajar dan menggali potensi disini,” jelasnya

Zaiwan menambahkan, ke depan Desa Namang akan lebih serius lagi memperkuat sektor peternakan, pertanian, dan wisata untuk menunjang ketahanan pangan dan pariwisata.

“Saat ini, Desa Namang jadi desa inovasi terbaik dari Kementerian Desa RI. Penghargaan ini tidak hanya membawa nama Namang, tapi juga Bangka Tengah dan Bangka Belitung ke tingkat nasional maupun internasional,” tutupnya. (chu)

Leave a Reply