SUNGAILIAT, LASPELA–Mempersiapkan generasi emas 2045 bukan hal mudah. Pasalnya, stunting masih menjadi masalah utama bagi Indonesia dan juga Kabupaten Bangka. Kondisi tersebut harus segera dientaskan karena akan menghambat momentum generasi emas Indonesia 2045.
Pj Sekda, Thony Marza menyatakan bahwa berdasarkan hasil laporan (e-PPGBM) tahun 2018 terdapat 12,01 % balita stunting di Kabupaten Bangka. Hasil evaluasi menunjukkan terjadi disorientasi intervensi di lapangan. Intervensi lebih fokus pada penuntasan stunting secara parsial, dengan intensitas tinggi pada balita dengan permasalahan gizi, sementara faktor determinan lainnya cenderung diabaikan begitu saja. Disorientasi inilah yang menjadi faktor utama lambannya penanganan dan penuntasan stunting.
“Agar penuntasan stunting tidak berlarut-larut, penuntasan dan pencegahan terjadinya stunting baru harus dilakukan dengan strategi yang tepat. Pendekatan parsial yang sudah terbukti gagal harus ditinggalkan. Intervensi keseluruhan factor determinan secara simultan harus dilakukan,” tegas
Pj Sekda, Thony Marza, Minggu (31/5/2025)
Kepala Bappeda, Pan Budi Marwoto menyatakan bahwa haasil analisis situasi e-ppbgm, menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor determinan penyebab stunting di kabupaten bangka, yaitu konsumsi rokok, penanganan balita nyaris stunting, penyakit penyerta, kekurangan nutrisi, riwayat kekurangan energi kronis pada ibu hamil, riwayat anemia pada saat remaja, keluarga tidak memiliki akte kependudukan dan akses BPJS, rumah tidak memiliki jamban sehat, serta perilaku orang tua dan anak yang buruk.
“Agar bisa langsung menyentuh akar permasalahan, penuntasan stunting di kabupaten bangka akan dilakukan dengan mengintervensi keseluruhan factor determinan tersebut secara simultan melalui pelayanan one stop service penanganan stunting,” tegas Pan Budi.
Pan Budi menambahkan Pelayanan ini akan dilaksanakan disemua desa stunting secara reguler bulanan dengan lokus posyandu desa dengan akan melibatkan semua stakeholder determinan: dokter spesialis anak, kandungan dan gizi klinis, nutrisionis, psikolog, BPJS, Dinas Dukcapil, Dinas Pendidikan, Puskesmas, Dinas Keluarga Berencana, Pemerintah Desa, Poltekkes dan Forum CSR. Dalam prakteknya, seluruh bayi, balita, remaja putri, ibu hamil dan kepala keluarga dihadirkan di posyandu dan secara simultan diberikan penanganan sesuai karakteristik permasalahannya.
Plt kadinkes, Nora Sukma Dewi menyatakan bahwa pencegahan dan penanggulangan stunting melalui one stop service akan dilakukan secara komprehensif dengan edukasi dan intervensi dini, konsultasi dan pemberian makanan bergizi, pelayanan medis balita berpenyakit penyerta, penanganan ibu hamil kekurangan energi kronis, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri, pemberian akses pendidikan, kependudukan, bpjs dan jamban.
“Dengan berbagai program yang dilakukan, berdasarkan analisis e-ppbgm, angka prevalensi stunting Bangka diakhir tahun 2024 menurun menhadi 0,99 persen,” jelas Nora Sukma Dewi. (*/rel)
Leave a Reply