Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang dikenal kaya akan sumber daya timah, selama bertahun-tahun menggantungkan pertumbuhan ekonominya pada sektor pertambangan.
Namun, ketergantungan yang tinggi terhadap satu komoditas telah menimbulkan beragam persoalan struktural: kerusakan lingkungan, konflik sosial, serta ketimpangan pembangunan antar wilayah.
Mencoba menjawab tantangan ini, melalui perenungan dan pengalaman empirik selama menjabat Pj. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, saya menawarkan gagasan strategis dalam buku yang berjudul Transformasi Ekonomi: Mengelola Sumber Daya Alam Bangka Belitung Berkelanjutan.
Buku ini tidak hanya menjadi refleksi atas kondisi terkini Bangka Belitung, tetapi juga peta jalan menuju masa depan pembangunan yang lebih inklusif dan lestari.
Dari Ketergantungan ke Diversifikasi
Dalam buku ini saya mencoba menganalisis mengenai struktur ekonomi Bangka Belitung yang cenderung monokultur. Industri pertambangan timah, meskipun menyumbang besar terhadap PDRB, telah menimbulkan berbagai ekses negatif terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan daya dukung lingkungan menjadi catatan kritis yang saya angkat.
Solusi yang saya tawarkan adalah menekankan pentingnya diversifikasi ekonomi. Melalui buku ini saya mendorong optimalisasi sektor-sektor yang selama ini kurang mendapat perhatian serius, seperti pariwisata berbasis alam, pertanian organik, dan perikanan tangkap dan budidaya yang ramah lingkungan.
Keberlanjutan ekonomi harus dibangun dari fondasi yang lebih inklusif, memberdayakan masyarakat lokal, dan tidak merusak ekosistem jangka panjang.
Tata Kelola dan Partisipasi Masyarakat
Transformasi ekonomi yang berkelanjutan, tidak mungkin terjadi tanpa tata kelola pemerintahan yang baik.
Buku ini secara khusus menyoroti pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam konteks Bangka Belitung, ini berarti melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan tambang rakyat, pengawasan lingkungan, serta perencanaan pembangunan desa.
Adanya kebijakan sektoral yang sering tumpang tindih, tidak terintegrasi, dan berorientasi jangka pendek, perlu didorong adanya sinergi antar pemangku kepentingan — pemerintah daerah, pusat, pelaku usaha, dan masyarakat — dalam mewujudkan transformasi ekonomi yang berkelanjutan.
Ekonomi Hijau dan Teknologi Ramah Lingkungan
Saya juga menawarkan adopsi teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan ekonomi, terutama di sektor pertambangan dan pengolahan hasil bumi.
Saya berpendapat bahwa inovasi teknologi menjadi kunci untuk mengurangi dampak ekologis sekaligus meningkatkan nilai tambah ekonomi.
Dengan pendekatan ekonomi hijau, Bangka Belitung tidak hanya menjaga keberlanjutan alamnya, tetapi juga dapat membangun citra positif sebagai daerah yang progresif dalam menjawab krisis iklim global.
Penutup
Meski belum sempurna, saya berharap buku – Transformasi Ekonomi ; Mengelola Sumber Daya Alam Bangka Belitung Berkelanjutan -, ini memberikan kontribusi penting dalam wacana pembangunan daerah berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan.
Buku ini diharapkan memberikan inspirasi dan panduan strategis bagi para pengambil kebijakan, praktisi pembangunan, akademisi, dan masyarakat luas yang peduli terhadap masa depan Bangka Belitung dan daerah-daerah lain yang menghadapi dilema serupa. Masukan dan saran yang konstruktif dalam buku ini untuk Pembangunan Bangka Belitung yang berkelanjutan sangat diharapkan.(*)
Sugito, S.Sos,M.H.*)
Pj.Gubernur Kep Bangka Belitung 2024-2025/Sahli Hubungan Antar Lembaga Kemendesa PDT
Leave a Reply