Dalam sejarah kepemerintahan Indonesia, hubungan antara Presiden dan Wakil Presiden berjalan secara jatuh bangun, tidak selamanya mulus. Presiden Soekarno pernah didampingi wakil Mohammad Hatta. Namun, pernah beberapa lama tidak memiliki wakil. Presiden Soeharto demikian juga. Wakilnya juga pernah jatuh bangun. Presiden Habibie tidak sempat mempunyai wakil.
Tradisi wakil dipertegas setelah reformasi. Alasan politiknya, demokrasi bangkit kembali. Era Presiden Gusdur dan wakilnya Megawati mulai memastikan jejak Presiden dan Wakil Presiden sebagai ‘dwi tunggal’. Perkara apa yang dimaksud, diterjemahkan nanti sambil jalan. Apakah dwi tunggal akan menjadi dwi tanggal, lihat saja nanti kedepan.
Di tingkat daerah, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota juga sama saja. Di awal mencari pasangan, tentu pendekatan bermacam cara. Ada yang lama dapat jodohnya, ada pula yang super cepat. Tergantung situasi, kondisi, syarat, janji, jodoh, macam-macam.
Leave a Reply