PANGKALPINANG, LASPELA – Menyambangi Kepulauan Bangka Belitung belum lengkap tanpa membawa pulang buah tangan khas dari tanah timah ini. Dari kerajinan tangan hingga produk kuliner, kekayaan kreativitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal kini dipasarkan secara lebih profesional melalui TINS Gallery, inisiatif dari PT Timah Tbk yang menyatukan unsur ekonomi kreatif dan pelestarian budaya.
Berlokasi strategis di jantung Kota Pangkalpinang, TINS Gallery tidak hanya menghadirkan ratusan produk UMKM—lebih dari 500 item—namun juga beroperasi di bangunan bersejarah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Ini memberikan pengalaman berbelanja yang unik: perpaduan antara nuansa vintage dan nilai historis Bangka Belitung.
Produk yang ditawarkan mencerminkan keragaman budaya dan sumber daya lokal, mulai dari kain cual Bangka, akar bahar, pewter, kopiah resam, hingga berbagai olahan kuliner dan minuman khas. Tidak hanya itu, TINS Gallery juga menjajakan item home decor, kriya, hingga fashion muslim lokal seperti jilbab Pinang Sirih.
“Di sini pengunjung bisa menemukan produk-produk unggulan UMKM dengan harga yang kompetitif, sambil menikmati atmosfer tempo dulu dan mengenal lebih jauh sejarah serta budaya Bangka Belitung,” ujar Deden, pengelola TINS Gallery.
TINS Gallery menjadi bagian dari strategi PT Timah Tbk dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan UMKM. Lebih dari 30 UMKM lokal telah memperoleh akses pasar melalui etalase ini. Dukungan perusahaan tidak hanya terbatas pada penyediaan ruang pemasaran, tetapi juga mencakup pembinaan, fasilitasi permodalan, peningkatan kapasitas melalui pelatihan, serta promosi terpadu.
“Komitmen kami adalah menghadirkan ekosistem UMKM yang terintegrasi dan berkelanjutan. Ini bagian dari kontribusi PT Timah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan perluasan kesempatan kerja,” tambah Deden.
Melalui TINS Gallery, PT Timah membuktikan bahwa kolaborasi antara BUMN dan UMKM dapat menciptakan dampak ekonomi yang nyata, sekaligus menjaga identitas budaya lokal tetap hidup dalam denyut modernitas. (*)
Leave a Reply