Opini  

Sastra, Novel Laut Bercerita Menjadi Suara dari Dasar Laut yang Abadi          

Oleh : Hana Ramadhani, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia

Avatar photo
Hana Ramadhani

“Matilah engkau mati

Kau akan lahir berkali-kali….

 

Sebait puisi ini merupakan salah satu kutipan yang tercantum pada novel Laut Bercerita. Bait puisi ini seolah menyampaikan bahwa sastra akan tetap hidup bahkan jika suatu saat keberadaannya di renggut paksa. Melalui Laut Bercerita, sastra sebagai media “arsip rasa” digunakan untuk mencatat, mengarsipkan peristiwa yang tidak dicatat secara resmi oleh negara. Melalui sastra, pembaca mampu mendapatkan gambaran peristiwa dalam tiap cerita dengan detail karena ditulis dengan perasaan yang luar biasa. Leila S. Chudori menggunakan sastra untuk menyampaikan realita yang pernah terjadi di Indonesia. Realita yang kemudian menjadi trauma bagi banyak orang. Sastra selain sebagai sarana hiburan, sastra juga bisa dijadikan sebagai sarana ilmu, seni, dan budaya. Laut Bercerita tidak hanya menghidupkan kembali kisah kehilangan secara fisik, tetapi juga menghidupkan suara-suara yang pernah tak terdengar. Terbukti, novel Laut Bercerita telah dicetak puluhan kali dan diterjemahkan ke berbagai bahasa. Biru Laut adalah suara dari dasar laut yang abadi.  Melalui sastra, kebenaran tidak akan mudah dilupakan dengan setiap halamannya adalah suara yang nyata dan hidup.  (*)

Leave a Reply