Oleh Bustami Rahman
Guru Besar Emeritus Universitas Bangka Belitung
PUCAK dalam bahasa Bangka, artinya perbaiki. Mucak artinya memperbaiki. Dipucak artinya diperbaiki. Suatu benda, atau suatu kondisi, atau suatu situasi yang perlu diperbaiki logikanya sedang tidak baik. Jika sudah dalam keadaan baik benda itu, kondisi itu, situasi itu, maka sudah tidak perlu diperbaiki lagi. Cukup dijaga, dipelihara agar performansinya berjalan stabil dan kalau boleh bisa lebih meningkat.
Kebetulan beberapa baliho atau spanduk pinggir jalan sudah ramai dengan wajah-wajah lama dan baru. Pilkada ulang akan diadakan sebentar lagi. Ada wajah lama dengan penampilan baru. Ada pula wajah baru yang katanya orang lama. Entahlah. kita syukuri saja. Yang penting niatnya baik, semangatnya oke punya. Dananya juga pasti sudah dipikirkan jauh hari. Jangan sampai keteteran jauh sebelum sampai di garis finish.
Ingat juga, khusus yang bagi pertama kali mencoba ingin jadi calon pejabat. Ada yang namanya demam politik, demam jadi orang besar. Mimpi besar duduk di kursi besar. Telinga jadi besar juga. Demikian pula perasaan membesar, bungah. Dada membusung seakan penuh udara dari pompa angin yang kita tidak tahu dari arah mana asalnya. Itulah ‘political fever’ yang anda akan alami. Jangan khawatir itu gejala biasa. Yang penting ada kesadaran bahwa itu tanda psikologis anda sedang memasuki dunia baru dalam tahapan hidup anda. Bagaikan akan menikah dengan gadis harapan anda. Begitulah kira-kira.
Nah, kembali ke soal ape yang nek dipucak? Di baliho atau spanduk calon sudah semangat dengan semboyan ‘pacak mucak’. Ape yang nek dipucak? Karena jika ada yang mau dipucak berarti pasti ada yang rusak. Jadi pertanyaan berikutnya, apa yang rusak?
Apa yang rusak di Babel ini. Apa yang rusak di Kabupaten Bangka, apa pula yang rusak di Pangkalpinang.
Setelah kita tahu apa yang rusak, barulah kita eksekusi bagaimana mucaknya. Ini tidak pula mudah untuk menemukan apa saja kerusakannya. Perlu analisis yang mendalam. Memperbaiki suatu masyarakat tidak pula sesederhana memperbaiki mobil mogok. Algoritma suatu sistem kehidupan masyarakat jauh lebih kompleks. Itulah maka calon pemimpin memerlukan visi yang luas, mendalam dan jauh kedepan.
Sebagai misal. Apakah anda sudah tuntas memikirkan tentang masalah besar Bangka Belitung yang pasti berdampak kepada Kabupaten Bangka dan Pangkalpinang? Apakah arah pembangunan sudah mengkritisi daya tahan sustainabilitas timah? Apakah potensi ekonomi yang bergantung pada timah akan mampu bertahan lama? Berapa puluh tahun lagi, atau hari ini kita sebenarnya sudah kolaps? Apakah potensi ekonomi non timah akan mampu menjadi energi baru atau energi lama yang terbarukan bagi masyarakat di masa sekarang dan depan? Apakah masyarakat memiliki pandangan yang sama atau berbeda dengan anda? Bagaimana anda bisa meyakinkan masyarakat bahwa mereka punya visi yang sama dengan anda?
Masyarakat Babel dari dulu juga sudah cerdas. Mereka sudah tahu dengan segala perilaku kehidupan. Bahkan orang desa, orang kampung lebih cerdas dalam merasakan hidup daripada kita kaum elit yang sok njelimet dalam berpikir. Mereka hanya perlu masa depan yang lebih pasti. Masa depan yang tidak muluk-muluk. Bisa cukup makan sandang, papan. Menjamin anak cucunya dalam kesehatan dan pendidikan. Suatu kehidupan kini dan masa depan yang berkesinambungan bagi Bangka Belitung yang kita cintai ini. Semoga menjadi bahan renungan kita bersama. (*)
Leave a Reply