AS mengungkapkan selama empat bulan di Myanmar sama sekali tidak ada penghasilan. “Bahkan saya pulang hari ini pun tidak ada pegang uang sama sekali,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
AS menceritakan, selama di sana dirinya kesulitan berkomunikasi karena telepon genggamnya ditahan, namun beberapa diantaranya sempat menyampaikan posisinya setelah berhasil berkomunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon, Myanmar.
“Selama disana kita disekap di bangunan yang belum jadi dan jika memberontak kita akan mengalami kekerasan fisik, dipaksa bekerja sebagai online scammer,” terangnya.
As mengimbau kepada pemuda-pemudi di Bangka Belitung jika ada tawaran kerja baik itu di luar negeri maupun di dalam negeri sendiri, paling tidak memiliki wawasan lebih. Dan jangan mudah tergiur untuk mendapatkan gaji besar.
“Dan untuk pemerintah saya ucapkan terima kasih karena telah bekerja keras untuk kepulangan kami ke tanah air. Kami sangat membutuhkan lapangan pekerjaan di sini, karena setelah ini kami tidak tahu harus bekerja apa kedepannya, jadi kami berharap kepada pemerintah untuk dapat membuka lapangan pekerjaan,” tutupnya.
Leave a Reply