Dindikbud Pangkalpinang Gelar Kegiatan Koordinasi,  Undang PSM untuk Data Anak Tidak Sekolah

Foto Bersama Sekda Kota Pangkalpinang, bersama Kepala Dindikbud dan seluruh peserta Koordinasi Perencanan Supervisi dan Evalusi Layanan di Bidang Pendidikan, Senin (25/11/2024).

PANGKALPINANG, LASPELA – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Pangkalpinang menggelar Kegiatan Koordinasi Perencanan Supervisi dan Evalusi Layanan di Bidang Pendidikan dengan tema Diseminasi Hasil Akselerasi Pendataan Anak Tidak Sekolah Melalui Pelibatan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di Kota Pangkalpinang, bertempat di Sun Hotel, Senin (25/11/2024).

Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pangkalpinang, Miego didampingi Kepala Dindikbud Kota Pangkalpinang Erwandy.

Menurut data yang dipaparkan dalam kegiatan ini, masih ada anak di Kota Pangkalpinang yang saat ini tidak sekolah, baik yang memang belum menyentuh bangku sekolah ataupun anak yang putus sekolah.

Miego mengatakan, dengan kegiatan ini salah satunya untuk mendata penyebab masih adanya anak tidak sekolah di Pangkalpinang.

“Kita undang PSM dan Kelurahannya untuk mendata, dengan ini akan diperoleh dari informasi keluarahsn kemudian di data oleh PSM apa sebenarnya yang terjadi di lapangan,” katanya.

Dengan upaya ini, ini merupakan bentuk kepeduliam terhadap anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah, dan ini menjadi tanggung jawab pemerintah khususnya bidang pendidikan.

Sementara itu, Erwandy menuturkan jika saat ini ada 501 anak yang tidak sekolah di Pangkalpinang yang telah kita iventarisir, awalnya dari data Dapodik ada 420 anak tidak sekolah. Namun, setelah kita turun ke lapangan dan pihaknya lakukan validasi dan perbaikan data, ternyata ada 501 anak tidak sekolah.

“Jadi itu merupakan tanggung jawab kita untuk bagaimana kedepan kita dapat menyekolahkan mereka. Agar mereka dapat disekolahkan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun sekolah formal lainnya,” katanya.

Tujuan bekerja sama dengan PSM dan Kelurahan sendiri karena mereka adalah garda terdepan dan lebih tahu kondisi masyarakat itu seperti apa. Banyak faktor yang mempengaruhi anak tidak sekolah atau putus sekolah, baik dari kondisi ekonomi orang tua ataupun memang ada permasalahan lain.

“Nanti faktor-faktor itu kita lihat dan kita petakan, nah dari situlah nanti intervensi yang kita lakukan, dari kondisi ekonomi orang tua kah atau broken home jadi ada banyak macam asesmen yang akan kita lakukan yang terpenting kita tahu dulu datanya,” ujarnya. (dnd)