PANGKALPINANG, LASPELA — Polemik rencana penambangan yang akan dilaksanakan PT Timah Tbk di perairan Beriga, Desa Beriga Kabupaten Bangka Tengah juga turut menjadi perhatian Babel Resources Institute (BRiNST).
Bahkan BRiNTS tampak menyesalkan sikap memaksa perusahaan untuk memulai aktivitas di laut Beriga yang sampai saat ini terus mendapatkan penolakan masyarakat. BRiNTS juga menyentil PT Timah yang dinilai tutup mata berkenaan banyak Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yang dijarah oleh penambang.
Oleh sebabnya, Direktur BRiNTS Tedy Marbinanda menyarankan agar PT Timah mengurungkan niat untuk melaksanakan penambangan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) tersebut karena berpotensi konflik.
“Memang itu (IUP) hak mereka (PT Timah) yang memiliki cadangan yang bagus, cuma ada potensi konflik dan belum tuntas. Sebenarnya tak perlu dipaksakan,” kata Tedy kepada Media Satya Laspela, Senin (21/10/2024).
Sikap ngotot PT Timah ini pun patut dipertanyakan. Sebab, menurut Tedy, ketimbang membuang banyak energi untuk menghadapi penolakan lebih baik PT Timah konsen terhadap potensi IUP lainnya. Seperti di Belitung yang saat ini dijarah tanpa pengawalan.
“Optimalkan saja dulu potensi IUP lainnya, banyak kok, tinggal aturan mainnya saja. Kami sudah investigasi di Belitung, 100 persen kami yakin yang digarap penambang di sana ada IUP PT Timah. Jika ini optimalkan akan membantu meningkatkan produksi,” ungkapnya.
Berdasarkan investigasi BRiNTS dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, beber Tedy,, pihaknya juga berhasil menyingkap tabir bahwa aktivitas pertambangan diduga ilegal masih terjadi, bahkan masif. Berikut timah yang dihasilkan dari pengusaha “meja goyang” sebutan bagi pengepul timah yang memiliki keahlian untuk memisahkan bijih timah sesuai kadar Organic Carbon (OC) yang merupakan metode pengukuran kadar timah.
Dan hal itu terbukti, dengan maraknya pengiriman bijih timah dari Belitung ke Pulau Bangka melalui pelabuhan resmi maupun jalur tikus. Alhasil, baru-baru ini ada diamankan satu truk bermuatan pasir timah yang tiba di Pelabuhan Sadai, Bangka Selatan oleh Ditkrimsus Polda Babel.
“PT Timah jangan tutup mata dengan kejadian begini. Karena ini menyangkut mereka mengamankan aset yang dipercayakan negara. Jangan alasan keterbatasan personil di lapangan, karena orang (penambang) main terang-terangan kok di lapangan. Ngerambah WIUP mereka, mana ada tindakannya?” sebut Tedy.
Tedy juga berkeyakinan, bahwa rata-rata cadangan timah di WIUP PT Timah baik di Bangka maupun di Belitung itu relatif masih banyak. “Saya yakin (timah yang dikirim dsri Belitung ke Bangka) itu dari WIUP mereka (PT Timah), karena relatif masih banyak cadangan merek di sana yang belum tersentuh. Masif penambangan di Belitung, memang tidak di laut, tapi di sungai dan daratan itu banyak. Kita harap PT Timah beranjak dari kejadian ini,” pungkasnya.
Pak Pj Gubernur Kemana?
Di sisi lain, ia juga menyinggung kehadiran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Babel dalam menyikapi potensi konflik di Beriga. Dirinya yakin polemik ini bisa dihentikan jika ada perintah langsung dari Penjabat Gubernur Babel, Sugito.
“Perpanjangan tangan pemerintah pusat di daerah ini dalah gubernur, ini kemana? Sederhana kok, Pj Gubernur tinggal perintahkan untuk menjaga stabilitas keamanan karena akan menghadapi pilkada. Di samping PT Timah menyiapkan langkah-langkah yang jelas untuk meyakinkan masyarakat, jangan cuma libatkan mitranya saja,” tutup Tedy.(**/mja)