Seminar Pendidikan Universitas Muhammadiyah Babel, BTS Kupas Tuntas Trik dan Kiat Manfaatkan Kekayaan Budaya

BTS saat duduk bersama Rektor Universitas Muhammadyah, Fadillah Sabri saat menjadi Narasumber pada Seminar Pendidikan

PANGKALPINANG, LASPELA – Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Pangkalpinang, Ratna Purnamasari atau akrab disapa Bunda Tudung Saji (BTS) menghadiri dan menjadi narasumber Seminar Pendidikan yang digelar oleh Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (Unmuh Babel) melalui Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Mengusung tema “Pelestarian Budaya sebagai Kearifan Lokal untuk Membangun Jiwa Kewirausahaan guna Memperkuat Perekonomian Masyarakat Bangka Belitung” kegiatan ini berlangsung di Aula Universitas Muhammadyah Bangka Belitung (Babel), Kamis (4/7/2024).

Ratna yang juga wirausaha yang mengandalkan pelestarian budaya ini menuturkan, pada kesempatan perdana di Seminar Pendidikan yang digelar, sebagai Narasumber ia lebih mengupas kepada Trik dan Kiat sukses dalam mengembangkan dan memanfaatan kekayaan Budaya Daerah sehingga menghasilkan income tambahan.

“Kewirausahaan yang secara fakta mampu memperkuat perekonomian keluarga kecil saya, bukan sekedar teoritik yang bisa diakses di google, tapi lebih kepada cara cermat mengolah peluang dan hal-hal penting dalam social masyarakat yang berperan penting bagi kemajuan usaha kecil yang kita sedang rintis,” ujarnya.

Ia juga menuturkan jangan menunda kreatifitas atau inovasi yang ada dikepala atau akan hanya menjadi mimpi indah, teruslah ulik sesuatu yang tidak dipilih orang lain tapi dibutuhkan banyak orang.

“Lalu prinsip yang paling penting dipegang adalah rezeki itu seringnya dititipkan melalui teman, maka jalinlah silaturahmi dengan banyak orang dengan nyaman,” tuturnya.

Ratna membeberkan Trik membangun Kewirausahaan berbasis Kearifan Lokal, yang ia singkat AADC, langkah pertama mengetahui apa keahlian yang dimiliki tentu kemampuan yang paling dominan.

Lalu, jenis usaha yang tidak disukai banyak orang, tapi dibutuhkan, lalu ketiga adalah menganalisa sumber sejarahnya dan yang terakhir cari Ide dan Gagasan untuk upaya pengembangan dan pemanfaatannya,

“Namun harus disesuaikan dengan modal awal yang kita miliki,” tuturnya.

“Peran generasi muda dalam pelestarian budaya, tentu jawabannya tidak terbatas, minimalnya apa yang kita laksanakan hari ini, adalah awal yang baik dan generasi muda harus melanjutkan dengan action nyata tentunya,” ujarnya.

Untuk investasi Usaha yang berbasis kearifan lokal dapat dilihat dari circle saling menghidupi satu sama lain.

“Contohnya saja pengrajin Destar akan saling membutuhkan dengan para pengrajin Wastra/kain dan pasti ada para entrepreneur sebagai investor dihilir,” ujarnya. (dnd)