Pesan Rusydi Sulaiman ke Puluhan Santri Pondok Modern Daarul Abror, Jangan hanya Bergerak di Level Lokal

 

MENDO BARAT, LASPELA — Lulusan pondok pesantren (Ponpes), diharapakan tidak hanya dituntut untuk memiliki wujud ideal dan juga wujud kelakuan dalam konteks penguatan kebudayaan Islam.

Namun lebih dari itu, para santri tersebut harus membekali diri mereka dengan kemampuan berbahasa asing agar mampu berkomunikasi dengan pihak-pihak luar. Disamping itu juga perlu menguasai wujud material peradaban dalam bentuk penguatan teknologi dan ilmu pengetahuan.

“Artinya, santri tidak hanya bergerak di level lokal tapi santri harus meningkatkan pergerakannya di level nasional bahkan internasional,” kata Direktur Madania Center Bangka Belitung dan juga Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) IAIN SAS Babel, Rusydi Sulaiman saat menjadi narasumber kegiatan pembekalan santri kelas VI TMI Pondok Modern Daarul Abror, Kamis (28/3/2024).

Selain itu, kata Rusydi, khususnya lulusan Pondok Modern Darul Abror harus mampu memerankan diri mereka di tengah masyarakat, tidak sekedar berperan tapi kemudian keberadaan mereka di tengah masyarakat mendapat pengakuan publik (social acknowlegement).

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh santri kelas akhir di pondok pesantren tersebut, diantaranya adalah menempuh pendidikan menjadi insan akademis di beberapa perguruan tinggi. Dengan demikian, hal tersebut menjadi pijakan atau bekal bagi mereka untuk melakukan langkah-langkah strategis memperkuat peradaban Islam di tengah masyarakat.

“Santri tidak hanya di tempat, namun harus melangkah ke ruang lingkup peradaban yang lebih lebih luas. lulusan pondok pesantren harus bertanggung jawab di dalam pergerakan mereka di tengah masyarakat yaitu mewarnai masyarakat dan peran besar mereka tersebut harus diakui oleh masyarakat,” pesannya.

Menurutnya, hal ini merupakan kesempatan bagi santri untuk membekali diri mereka terhadap persoalan-persoalan yang muncul di tengah masyarakat.

“Bila hal tersebut dilakukan oleh santri dan mereka mampu melakukannya artinya mereka mampu berintegrasi dengan segala hal yang mereka tempuh,” tukasnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan beberapa hal termasuk tentang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan secara spesifik tentang Pulau Bangka dalam sejarah awalnya ketika Pulau Belitung itu bagian dari Pulau Bangka saat itu.

Kemudian uraian tentang beberapa etnis di pulau Bangka dan agama-agama yang mereka anut itu menjadi sesuatu yang sangat penting di dalam pembekalan tersebut.

Kegiatan pembekalan ini diikuti sebanyak 66 santri putra, dimana puluhan santri tersebut merupakan santri kelas akhir.

Diketahui bahwa Pondok Modern Daarul Abror terletak di Desa Kace, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung.

Pendidikan di Pondok Modern Daarul Abror dengan tahapan pendidikan 6 tahun yaitu dengan cara resmi Sekolah Menengah Pertama Islam Terstruktur( SMP IT) 3 tahun serta Madrasah Aliyah Terstruktur (SMA IT) 3 tahun, jadi bulat ditempuh selama 6 tahun.

Dalam melaksanakan cakra pendidikan untuk mewujudkan tujuan pondok serta membawakan alumninya dengan bekal yang mencukupi.

Tidak hanya melalukan pembinaan terstruktur antara Diknas, Kemenag serta Pondok dengan cara resmi, pula melaksanakan pembinaan dengan cara resmi sepanjang 24 jam dalam wujud ekskul.

Wujud aktivitas pondok terdapat yang barsifat tradisi setiap hari, pekanan serta terdapat pula yang bertabiat bulanan serta tahunan kegiatan- kegiatan itu berbentuk: Mufrodhat, Muhadatsah, Berolahraga, Halaqoh Quran, Pembinaan bersusun( mentoring), Kursus- kursus, Seni Membela Diri, Pramuka, Out Bound, Kuliah Jum’ at, dan lain- lain. (mah)